OJK Regional 9 Kalimantan Paparkan Cegah Kejahatan Digital

Kepala OJK Regional Kalimantan Darmansyah didampingi Dirut Bank Kalsel Fachrudin (foto:istimewa)

Yogyakarta, BARITOPOST.CO.ID – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memaparkan pencegahan terhadap kejahatan digital dan mendorong berbagai program peningkatkan literasi keuangan masyarakat. Hal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus terhindar dari kerugian akibat kejahatan digital.

Sarasehan Media Gathering Bank Kalsel bersama 41 Jurnalis se-Kalsel, Kepala OJK Regional 9 Kalimantan, Darmansyah, menyebutkan, berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet di Indonesia pada periode 2022 – 2023 mencapai 215,63 juta orang.

“Jumlah tersebut setara dengan 78,19% dari total populasi penduduk Indonesia. Tingginya penggunaan internet tersebut merubah pola perilaku masyarakat menjadi semakin bergantung pada layanan digital tidak terkecuali layanan di sektor jasa keuangan. Namun demikian kerawanan masyarakat terhadap kejahatan digital masih relatif tinggi,” ucap Darmansyah.

BACA JUGA: Berpadunya Keindahan Alam dan Agrowisata Penopang Kemandirian Pangan

Bahkan, sambungnya, terdapat 34,47 responden yang tidak mengetahui upaya untuk menjaga keamanan data pribadinya. Selain itu, terdapat pula 66,82% responden yang belum pernah mengganti password akunnya.

Menurut Darmansyah, dari sisi konsumen/masyarakat, masih terdapat ketimpangan tingkat literasi keuangan dan inklusi keuangan yang cukup besar dimana tingkat inklusi keuangan, dimana pada tahun 2022 telah mencapai 85,10% sedangkan tingkat literasi baru mencapai 49,68%.

“Ini menandakan bahwa sebagian masyarakat yang menggunakan produk dan layanan keuangan masih belum memiliki pemahaman yang memadai akan produk dan layanan yang digunakan, ” tutur Darmansyah, di Sarasehan Media Gathering Bank Kalsel 27-30 Juli 2023, di Yogyakarta bertajuk ‘Kajahatan Digital: Lindungi Datamu, Amankan Uangmu.

Akibatnya, menimbulkan risiko potensi masyarakat menggunakan produk keuangan dan mengelola keuangan yang tidak sesuai dengan semestinya.

BACA JUGA: Pelatihan Keamanan Digital bagi Jurnalis

Tak heran, jika hal tersebut dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk menyasar masyarakat yang kurang terliterasi dengan melakukan berbagai modus penipuan dan penawaran jasa keuangan illegal yang pada akhirnya menimbulkan kerugian.

Dengan perkembangan teknologi yang berjalan sangat pesat, modus-modus penipuan dan penawaran jasa keuangan illegal pun semakin bervariatif termasuk kejahatan digital.

Kejahatan digital yang tengah marak dikenal dengan Social Engineering atau Soceng adalah cara dalam mengelabui, memanipulasi pikiran korban untuk mendapatkan informasi berupa data pribadi atau akses yang diinginkan.

“Social Engineering menggunakan teknik manipulasi psikologis, untuk memengaruhi pikiran korban melalui berbagai cara dan media secara persuasive. dengan cara membuat korban senang atau panik sehingga korban tanpa sadar akan menjawab atau mengikuti instruksi pelaku,” terang Kepala OJK Regional 9 Kalimantan.

BACA JUGA: Cerita Sineas Banua Diantara Keterbatasan Peminat

Darmansyah mengingatkan, terdapat beberapa modus Soceng yang perlu diwaspadai yaitu, Phising, Pretexting, Baiting, Sniffing termasuk Skimming dan Carding.

Menghindari kejahatan Soceng maka masyarakat, OJK menghimbau untuk dapat menjaga kerahasian data pribadi dan jangan memposting di media sosial.

Dan, selalu aktifkan Two-factor authentication pada akun media sosial atau aplikasi keuangan. Kemudian, tetap waspada penipuan yang mengaku petugas bank yang menanyakan data pribadi.

“Selal cek keaslian telepon, akun media sosial, email, dan website bank, juga aktifkan notifikasi transaksi rekening dan cek histori rekening secara berkala”, harapnya.

BACA JUGA: Ratusan Lowongan Pekerjaan Dibuka

Sementara itu, dalam menjalankan amanat UU OJK yang berkaitan dengan pengaturan dan pengawasan PUJK serta perlindungan konsumen, OJK berwenang dan telah menetapkan beberapa POJK dan SEOJK yang berkaitan dengan keamanan aset, privasi dan data konsumen terutama dalam hal penggunaan teknologi informasi oleh PUJK.

Terkait keamanan aset dan data konsumen, OJK telah mengeluarkan regulasi, yakni, dari segi pengawasan perbankan, OJK telah mengeluarkan POJK No. 38 Tahun 2016 tentang Manajemen Risiko dalam Penggunaan TI oleh Bank Umum.

POJK ini dikeluarkan untuk mendukung penggunaan Sistem Elektronik yang terintegrasi agar bank dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional serta memberikan layanan perbankan yang lebih baik kepada nasabah. Juga, dari segi perlindungan konsumen, OJK telah mengeluarkan POJK No. 6 Tahun 2022 tentang Perlindungan Konsumen dan Masyarakat di SJK yang merupakan penyempurnaan dari POJK No. 1 Tahun 2013.

BACA JUGA: BI Kalsel: Penyesuaian Tarif MDR Tingkatkan Mutu Layanan QRIS

Beberapa pokok pengaturan penting terkait keamanan data nasabah antara lain yaitu dalam hal PUJK menggunakan teknologi informasi untuk mengelola data dan/atau informasi pribadi Konsumen, PUJK wajib menggunakan teknologi informasi yang andal serta menjamin keamanan data dan/atau informasi pribadi Konsumen dengan melakukan pengecekan kelayakan dan/atau keamanan secara berkala serta wajib menjaga keamanan dana dan/atau aset Konsumen yang berada dalam tanggung jawab PUJK.

Secara reguler maupun insidentil (melalui penerimaan pengaduan masyarakat) OJK melakukan pemeriksaan kepatuhan PUJK terhadap berbagai ketentuan.

Editor: Afdiannoor Rahmanata

Follow Barito Post klik Google News

Related posts

Peduli Bencana, XL Axiata Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah

Empat Program Khusus untuk Perkuat Ekonomi Syariah

Indosat Ooredoo Hutchison Capai Pertumbuhan Kuat 15% pada EBITDA, Didukung Pertumbuhan Pendapatan Dua Digit