Optimisme Mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Ledakan Covid-19

Jakarta, BARITO – Meskipun proses pemulihan ekonomi diterpa kembali meledaknya kasus Covid-19 yang berujung pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat, pemerintah tetap optimistis memproyeksikan pertumbuhan ekonomi positif, yakni di kisaran 3,1 persen sampai 3,3 persen pada semester satu 2021.

Pada kuartal pertama 2021, pertumbuhan ekonomi tercatat minus 0,72 persen. Sedangkan pada kuartal dua 2021 pemerintah masih berharap ada akselerasi tumbuh 7 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada enam bulan pertama 2021 menunjukkan adanya pemulihan ekonomi dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

“Semester satu 2021 kita sudah lihat perekonomian menunjukkan pemulihan cukup baik. Proyeksi realisasi pertumbuhan ekonomi semester satu 2021 sebesar 3,1 persen sampai 3,3 persen,” ujarnya saat konferensi pers usai Sidang Kabinet Paripurna bersama Presiden Joko Widodo secara virtual, Senin (5/7).

Adapun proyeksi inflasi pada semester satu 2021, menurut Sri,  sebesar 1,3 persen atau lebih rendah dari asumsi APBN 2021 sebesar tiga persen.

Sedangkan proyeksi tingkat suku bunga 6,59 persen, lebih rendah dari asumsi 7,29 persen terhadap surat berharga negara (SBN) 10 tahun.

Proyeksi nilai tukar Rp14.299, lebih rendah dari asumsi APBN 2021 Rp 14.600.

Kemudian, proyeksi harga minyak mentah 62 dolar AS per barel atau lebih tinggi dari asumsi APBN 2021 45 dolar AS per barel.

Lifting minyak 663 ribu barel per hari, lebih rendah dari asumsi lebih rendah dari asumsi dalam APBN 2021 sebesar 705 ribu barel per hari. Kemudian lifting gas sebesar 1.700 ribu ekuivalen barel per hari.

Pertumbuhan ekonomi nasional memang tertekan akibat pandemi Covid-19n sejak kuartal dua 2020. Tercatat pada tahun lalu pertumbuhan ekonomi minus 2,07 persen. Tren pemulihan mulai tercermin pada kuartal satu 2021 menjadi minus 0,74 persen.

Sri Mulyani mengatakan, dalam kurun waktu dua bulan terakhir, perekonomian menunjukkan tren pemulihan cukup kuat. Namun tren ini akan menemui kendala imbas berlakunya PPKM darurat.

“Sampai dengan April-Mei lalu tren penguatan ekonomi sedemikian kuatnya. Sampai awal Juni pun indikator ekonomi masih menunjukkan perbaikan,” ujarnya saat konferensi pers virtual APBN dalam Implementasi Kebijakan PPKM Darurat seperti dikutip dari republika.co.id, Ahad (4/7).

Dia merinci, penguatan itu tampak dari mulai pulihnya sederet aspek perekonomian. Hal ini terlihat dari Purchasing Managers’ Index  (PMI) manufaktur, mencapai rekor tertinggi pada Mei 2021.

Selain itu, inflasi menunjukkan kenaikan dan indeks keyakinan konsumen juga turut tumbuh.

Dari sisi indeks penjualan ritel, tumbuh double digit dalam dua bulan berturut-turut termasuk juga konsumsi listrik yang tumbuh 16,6 persen pada Mei 2021.

“Jadi ekonomi menggeliat sangat kuat saat Covid-19 mengalami pelandaian. Pada Juni mulai terjadi moderasi karena munculnya varian delta, tingkat konsumsi mulai terjadi perlambatan,” ucapnya.

Dengan muncuknya dinamika baru saat ini, yang disertai pembatasan mobilitas, dikhawatirkan membuat pemulihan ekonomi semakin alot.

“Ini adalah salah satu hal yang datang waktu yang sangat tidak mujur (unfortunate timing) saat momentum pemulihan ekonomi Indonesia,” ucapnya.

Kondisi tak mujur ini tak hanya dialami Indonesia. Ledakan kasus Covid-19 juga terjadi di beberapa negara berkembang lainnya yang memiliki tingkat vaksinasi rendah.

Adapun penambahan kasus yang terus meroket dikarenakan varian baru yang lebih mudah menyebar, seperti varian Delta.

Menkeu mengatakan, pemerintah melakukan berbagai hal untuk memastikan masyarakat dapat bertahan selama PPKM Darurat. Salah satunya memberikan bantuan sosial kepada masyarakat yang terkena tekanan ekonomi akibat PPKM Darurat.

Selama PPKM Darurat pemerintah menutup toko untuk sektor non-esensial dengan harapan kasus dapat ditekan di bawah 10 ribu selama periode dua pekan mendatang.

“Kembali diperketatnya mobilitas masyarakat menunjukkan tingginya ketidakpastian dan tantangan yang dihadapi dunia dari pandemi,” ucapnya.

Apabila kondisi tersebut berlanjut seiring berjalannya kebijakan pengetatan, Sri khawatir pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga akan turut terdampak.

Kendati begitu, dia masih optimistis sektor investasi masih bisa terjaga.rep/net/dya

 

Editor: Dadang Yulistya

Related posts

Pemprov Kalsel Ikuti Uji Publik Keterbukaan Informasi di KIP RI

Wartawan Barito Post Anang Fadhilah Lulus jadi Penguji UKW Dewan Pers  

Pasar Modal Indonesia Selenggarakan CMSE 2024: #AkuInvestorSaham