P2L Bougenville Terbaik Provinsi

by baritopost.co.id
0 comments 3 minutes read

Berkebun di Halaman Rumah Jadi Solusi Covid

Banjarbaru, BARITO – Memanfaatkan lahan di halaman rumah menjadi solusi untuk mengatasi kesulitan ekonomi di masa pandemi Covid-19.

Untuk itu pemerintah terus mendorong warga atau kelompok masyarakat untuk bertani di pekarangan rumah.

Disamping aman karena tanpa pestisida, keluarga dapat memenuhi kebutuhan pokok sendiri, bahkan bisa menjual hasilnya.

Pada Hari Tani Nasional 2020 ini, Pekarangan Pangan Lestari (P2L) Kelompok Wanita Tani (KWT) Bougenville, Kelurahan Guntung Payung menjadi wakil Kalsel pada penilaian Kelompok P2L Terbaik Nasional.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Provinsi Kalsel, Suparno mengatakan, pihaknya memastikan kecukupan dan distribusi pangan dengan harga terjangkau untuk masyarakat. Salah satu program pemerintah adalah P2L yang mengajak masyarakat menanami halaman rumahnya dengan sayur-sayuran.

” Dengan menanam kebutuhan pangan sendiri,  kita bisa mengkonsumsi dan bisa dijual untuk meningkatkan pendapatan serta aman dikonsumsi.  Kalau ini kan, tanam sendiri maka aman.  Ini yang paling penting.  Karena pangan bukan hanya menyangkut jumlah, tetapi juga kualitasnya,” cetusnya usai Panen Serentak sebagai rangkaian Hari Pangan Nasional 2020 bersama Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo yang digelar secara virtual, Kamis (24/9/2020).

Untuk tingkat provinsi, Hari Pangan Nasional 2020 dan panen dipusatkan di Kota Banjarbaru tepatnya di Rumah Bibit dan Kebun Demplot P2L KWT “Bougenville” , Kelurahan Guntung Payung, Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru

Sementara itu Kepala Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan, DKP Provinsi Kalsel, Rolena Kinawati mengungkapkan, P2L KWT “Bougenville” memiliki keunggulan sehingga layak mewakili Kalsel di tingkat nasional. Apalagi, lokasi P2L berada di perkotaan yakni Banjarbaru dengan masyarakat yang heterogen. Meski berada di kawasan perkotaan, P2L KWT “Bougenville”  mampu mengelola kegiatannya, padahal anggotanya terdiri dari beragam profesi.

“Untuk P2L, memang kita bedakan antara perkotaan dan pedesaan. Untuk P2L  perkotaan,  agak sulit mengelola karena warganya ada yang bekerja sebagai guru,  pedagang dan lain-lain dan visi mereka harus disatukan. Berbeda dengan warga desa yang umumnya petani,” jelasnya.

Selain itu, tukas Rolena, masalah lahan juga menjadi kendala, sebab lahan di perkotaan terbatas untuk areal pertanian. Sedangkan di desa, masih banyak lahannya.

Dalam kondisi heterogenitas warga dan terbatasnya lahan di perkotaan, P2L KWT “Bougenvile” malah memiliki lahan yang menurutnya cukup luas.

Kota Unggul Pertanian

Wakil Walikota Banjarbaru, Darmawan Jaya Setiawan menuturkan, ada sekitar 70 KWT di Banjarbaru dibawah binaan pemerintah. Selain itu, beberapa instansi pemerintah, perbankan dan sekolah juga melaksanakan P2L.

Wakil walikota menambahkan, pada saat pandemi Covid-19, orang-orang lebih merasa aman di rumah.Maka, pemanfaatan lahan pekarangan semakin berkembang.

“Kita ketahui bersama bahwa di daerah perkotaan di Banjarbaru, pertanian berkembang pesat, terutama holtikultura, yakni sayur-sayuran, buah,  peternakan,  perikanan, padi. Saya kira, kemajuan suatu kota harus berbasis ketahanan pangan.  Jika lahan pekarangan dimanfaatkan secara maksimal, maka kondisi Covid-19 yang menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan keluarga tidak akan terjadi. Karena P2L  menjadi bagian dalam upaya menghemat pengeluaran keluarga,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Seksi Konsumsi dan Pengembangan Pangan Lokal, DKP Provinsi Kalsel, Riza Rosadi menuturkan, kegiatan P2L didukung oleh pemerintah pusat dan daerah.

“Ada alokasi APBN selama dua tahun. Tahun pertama Rp 60 juta, tahun kedua Rp 15 juta dan tahun ketiga Rp 10 juta dari APBD. Jadi, selama 3 tahun tetap difasilitasi oleh pemerintah untuk memacu kelompok supaya tetap bertanam sayur di pekarangan,” bebernya.

Untuk P2L KWT “Bougenville” , tukasnya, terpilih menjadi yang terbaik tingkat provinsi. Misalnya dari segi teknis, tersedia bibit dan rumah bibit dan kelengkapan demplot baik jumlah maupun tanamannya. Pekarangan warga juga dinilai lengkap yakni 30 unit dari 30 KK anggota, artinya, pekarangan anggotanya juga memiliki tanaman yang lengkap.

Penulis: Cynthia

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment