Optimistis 2021 Pasar Semen Tumbuh Positif
Banjarmasin, BARITO – PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (ITP) mengalami penurunan pendapatan 11,14 persen selama 2020, menjadi Rp 14,16 triliun dari Rp 15,9 triliun pada 2019.
Hal tersebut terungkap dalam webinar Paparan Publik Kinerja Indocement yang digelar, Jumat (19/3) petang, dihadiri Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Christian Kartawijaya, Direktur David Clarke dan Sekretaris Antonius Marcos.
Menurut David Clarke, penurunan ini disebabkan anjloknya penjualan perseroan di Pulau Jawa dan Luar Jawa selama pandemi Covid-19.
Pada 2020, penjualan perseroan di Pulau Jawa menurun hingga 13,92 persen menjadi Rp10,7 triliun, dibandingkan Rp12,43 pada 2019.
Sementara penjualan di luar Pulau Jawa tercatat sebesar Rp 3,33 triliun, turun tipis 0,89 persen dari Rp 3,36 triliun di 2019.
“Volume penjualan perseroan juga turun 9,7 persen, dari 18,95 juta ton tahun 2019 menjadi 17,1 juta ton di tahun 2020,” beber David Clarke.
Meski begitu, laba perseroan hanya terkoreksi tipis yakni 1,57 persen yoy, menjadi Rp 1,80 triliun dari Rp 1,83 triliun pada 2019.
Turunnya laba bersih ini juga turut membuat laba per saham dasar perseroan turun dari Rp 498,56 di 2019, menjadi Rp 490,69 di 2020.
Sepanjang 2020, imbuh David, perseroan berhasil menekan beban pokok pendapatan yang turun 13,1 persen, menjadi Rp9,07 triliun dari sebelumnya Rp 10,43 triliun.
Adapun aset perseroan per 31 Desember 2020 tercatat sebesar Rp 27,34 triliun, turun tipis dibandingkan 2019 yang sebesar Rp 27,7 triliun.
Lalu, liabilitas perseroan pada 31 Desember 2020 meningkat menjadi Rp 5,1 triliun, dibandingkan dengan 2019 sebesar Rp 4,6 triliun.
Adapun ekuitas Indocement Tunggal Prakarsa pada 2020 mencapai Rp 22,1 triliun, dibandingkan 2019 sebesar Rp 23 triliun.
Sementara itu, Christian Kartawijaya memprediksi prospek pasar semen Indonesia semakin membaik pada 2021. “Pertumbuhan permintaan semen tahun 2021 diperkirakan sebesar plus 4% hingga 5% dibanding tahun lalu,’’ ujarnya.
Dia memperkirakan penjualan semen curah yang lebih tinggi terutama pada paruh kedua tahun ini.
Ada beberapa alasan yang mendasari. Yaitu, beber Christian, anggaran Infrastruktur untuk tahun 2021 telah dinaikkan sebesar 38% dari tahun 2020.
‘’Kementerian Pekerjaan Umum (PUPR) mendapat porsi terbesar APBN 2021 sebesar Rp 149,8 triliun, dan anggaran telah terserap hingga sekitar 7% pada awal Februari,’’ujarnya.
Selain itu, sambung dia, adanya pembentukan Sovereign Wealth Fund (badan pengelolaan dana investasi milik Negara) untuk menarik lebih banyak investasi untuk proyek infrastruktur.
Efek berganda dari proyek Infrastruktur ini, kata Christian, akan mendorong pengembangan kawasan industri dan pabrik.
Selain itu, sambung dia, Omnibus Law atau UU Cipta-Kerja diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi.lip/dya
Editor: Dadang Yulistya