Banjarbaru, BARITO – Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) merupakan salah satu daerah yang mengalami over produksi ayam potong atau broiler, sehingga mengalami anjloknya harga jual ayam ras itu di pasaran dalam beberapa bulan terakhir.
Selain operasi pasar yang dilakukan Pemprov Kalsel untuk menstabilkan harga ayam pedaging dan penundaan penetasan, produksi DOC diupayakan untuk dipasok ke provinsi tetangga yakni Kalimantan Tengah dan KalimantanTimur yang selama ini merupakan pasar potensial.
Namun belakangan berhembus kabar di kalangan peternak atau pemasok ayam, Provinsi Kalimantan Timur menolak pengiriman/supply DOC darti Kalsel yang dibawa dengan dalih, tersedia stok yang cukup di daerah itu.
“Kalau ada penolakan, harus dengan surat resmi dari Pemerintah Provinsi Kaltim, karena ini menyangkut perdagangan antar daerah,” ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel, Suparmi di sela pertemuan supply demand dan tata niaga ternak dan hasil peternakan, Kamis (3/10) di Banjarbaru.
Kabar penolakan disampaikan Ketua Harian Gabungan Asosiasi Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Kalsel, Rudi Budi Hartono dalam pertemuan yang dibuka Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel, Abdul Haris.
“Kami belum terima (suratpembatasan,red) dari instansi terkait untuk melindungi wilayahnya. Ini akan kami telusuri,” ujarnya.
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel, Birhasani menambahkan, dalam hal perdagangan antar daerah, tidak boleh ada pembatasan. Yang dibolehkan adalah pembatasan untuk pengamanan atau kelengkapan dokumen.
“Bahkan kami akan menjajaki kemungkinan kerjasama dengan Kaltim yang menurut kepala dinasnya, kekurangan telur. Meskipun sekarang sudah dilakukan penjualan, kita akan formalkan penjualan itu,” ujar Birhasani sembari berjanji menyampaikan soalpembatasan itu.
Pada kesempatan itu, Suparmi membeberkan, operasi pasar yang dilakukan sebelumnya, masih kurang efektif, karena harga ayam masih rendah.
“Kita terus menghitung berapa kebutuhan Day Old Chicken (DOC) atau anak ayam sehingga tidak terjadi lagi over kapasitas,” ujarnya.
Produksi DOC di Kalsel saat ini sebutnya, sekitar 66 juta ekor, sedangkan kebutuhan sebanyak 54 juta, sehingga masih ada sisa yang disupplay ke daerah tetangga seperti Kalteng dan Kaltim.
Sebelumnya, Pemprov Kalsel melakukan pembatasan produksi pada perusahaan penetasan telur unggas agar tidak ditetaskan sehingga menjadi telur produksi. Kemudian melakukan pengawasan distribusi sesuai Pergub Kalsel yang mengamanatkan perusahaan DOC hanya boleh memelihara DOC nya sendiri.
slm