Penjual Pentol, Ditemukan Tewas di Pantai Ujung Pandaran

PENTOL – warga desa Ujung Pandaran, kecamatan Teluk Sampit, mengevakuasi mayat Febri dari pantai Ujung Pandaran. (zainal/brt).

Sampit, BARITO – Warga desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit, geger ditemukannya sosok mayat pemuda disekitar proyek Sabuk Pantai (10 meter dari bibir pantai).

Warga yang pertama kali melihat sosok mayat mengapung tersebut adalah, dua nelayan Rahman dan Ibrahim yang sedang datang dari melaut menangkap ikan sekitar jam 08.00 WIB, Kamis (3/1).


Mereka curiga melihat benda sedang mengapung, setelah didekati alangkah terkejutnya mereka didapat sosok mayat pemuda yang sudah tidak bernyawa lagi. Dengan penemuan mayat ini salah satu diantara mereka memberitahu kepada warga desa Ujung Pandaran sekitar mayat ditemukan.

Wargapun berdatangan untuk melihat langsung ketempat kejadian, mereka banyak tidak mengenal mayat tersebut disebabkan bukan warga atau penduduk desa Ujung Pandaran. Mayatpun langsung dievakuasi oleh warga bersama pihak Kecamatan,kepolisian, Koramil dan kepala desa ke RSUD Murjani Sampit.


Setelah diteliti identitas mayat, ternyata bernama Febri warga Baamang Tengah, Gang Guntur Kecamatan Baamang. Mendengar ditemukannya mayat di Desa Ujung Pandaran. Nenek korban Mbah Sri diketahui warga sekitar Pasar Keramat, Rt.8 Baamang Hilir, kecamatan Baamang, terkejut dan menangis.


Mbah Sri ketika ditemui ditempat tinggalnya oleh media ini menuturkan, bahwa sebelum kejadian ini orang tua tiri korban baru saja meninggal dunia di Jawa. Dua cucunya ini, termasuk korban sengaja datang ke Kalimantan Tengah,Sampit, Dibawa oleh pedagang pentol yang tinggal di Gang Guntur bersama adik korban.

Ditambahkan oleh Mbah Sri, kalau selama ini dirinya telah membuatkan gerobak untuk kedua cucunya itu berjualan pentol. Namun naas sebelum gerobaknya dipakai korban lebih dulu meninggalkan mbah Sri untuk selamanya.


Dengan mendapatkan kabar tersebut, mbah Sri meminta kepada bos yang membawa cucunya itu agar mayat Febri itu dibawa ke Jawa ditempat kampung halamannya. Menurut mbah Sri bosnya harus bertanggungjawab dengan kematian cucunya ini, sebab jelasnya yang membawa dari Jawa cucunya itu adalah dia.


“Saya akan menyuruh bosnya itu agar mayatnya dibawa ke Jawa saja,dia harus bertanggungjawab semua ini.”tegas mbah Sri yang terlihat menangis mengenang kejadian ini. Zainal.

Related posts

DPRD Kalsel Akan Perjuangkan Peningkatan Pagu Anggaran Pembangunan Rumah Layak Huni

Peduli Bencana, XL Axiata Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah

Polda Kalsel Raih Prestasi Gemilang di Kapolri Cup 2024