Perlu Dukungan Pemda Populerkan Lagu Banjar

by baritopost.co.id
0 comments 3 minutes read

Banjarmasin, BARITO – Pengenalan terhadap lagu Banjar, sekarang sudah lebih mudah. Anak-anak muda mengenalkannya melalui internet misalnya kanal Youtube.

“Sudah sangat banyak lagu-lagu Banjar di Youtube. Justru yang kurang itu adalah upaya pemerintah daerah. Padahal sudah ada Perda Pelestarian Kebudayaan Banjar. Sejak 10 tahun lalu, para pegiat dan pengamat menyuarakannya, namun tidak ada perubahan,” ujar Khairiadi Asa, seorang pengamat lagu-lagu daerah,  memulai obrolan di “Palidangan Noorhalis” yang disiarkan Pro 1 RRI Banjarmasin, Kamis,(20/2).

Program milik Noorhalis Majid,aktivis di Kalsel itu kali ini mengangkat tema ” Lagu Daerah dan Identitas  Budaya” dengan narasumber pengamat lagu daerah dan jurnalis senior , Khairiadi Asa dan sarjana etnomusikologi, Novyandi Saputra.

Noorhalis Majid yang memandu sendiri acaranya itu menyebut bahwa setiap daerah memiliki lagu sebagai identitas budaya.

“Semakin banyak lagu  tercipta, semakin populer daerah tersebut. Lagu itu mampu mewakili simbol identitas kedaerahan.  Seperti daerah lainnya di Nusantara, Banjar memiliki lagu yang cukup banyak. Lewat lagu, Banjar dikenal secara luas,” bebernya.

Terhadap lagu Banjar ini, Khairiadi Asa berharap, fasilitas publik, seperti bandara, terminal, atau pusat-pusat keramaian, kantor, hotel, dan tempat lainnya, selalu memutar lagu Banjar. Sehingga lagu Banjar menjadi tuan di rumahnya sendiri.

Khairiadi melihat, pada tahun 80 – 90an, sering sekali dilaksanakan festival lagu-lagu Banjar, terutama tingkat pelajar.

“Para pelajar menghafal lagu-lagu yang dilombakan, akhirnya mengenalnya. Sekarang ini, anak saya yang sudah duduk di kelas 3 SMA, tidak hafal satu lagu Banjar pun. Karena tidak ada upaya memaksa dan mendorong dia untuk mengenalnya,” lanjut pria yang kerap disapa Yadi.

Begitu juga dengan momen Porseni. Menurutnya, perlombaan seharusnya bukan hanya bidang olahraga, tetapi juga kesenian. Lagu dan kesenian Banjar diperlombakan, dengan demikian orang mempelajari, menggiatkan lagi kesenian tersebut agar menang dalam Porseni.

Khairiadi Asa sendiri mengaku suka menyanyikan lagu-lagu daerah ini sejak dulu. Dia mengaku sedang mendokumentasikan lagu-lagu daerah, termasuk lagu Banjar dengan cara menyanyikan ulang sebagaimana lagu aslinya.

Melalui petikan gitar yang dia mainkan, lagu-lagu daerah dinyanyikan, diposting di media sosial, tujuannya agar mudah diterima oleh telinga orang awam.

“Berdasarkan pengalaman saya memposting lagu-lagu Banjar, banyak yang melihatnya, bahkan memberikan komentar dan apresiasi. Apalagi kalau misalnya bisa dikemas lebih bagus, tentu akan lebih menarik. Karena lagu Banjar itu sangat variatif, bukan hanya khas Melayu, tetapi juga jenis musik lainnya,” kata Yadi.

Narasumber lainnya, Novyandi Saputra, sarjana etnomusikologi,  seorang anak muda yang mengaku suka mendengar lagu-lagu Banjar.

Menurutnya, lagu banjar memiliki kekhasan tersendiri.

“Seharusnya cara publikasinya mengalami perubahan, karena media sekarang sudah berubah cepat. Tidak dapat dilawan, mau tidak mau harus mengikuti perkembangan media tersebut. Sementara itu faktanya, lagu-lagu Banjar masih banyak yang belum dilakukan digitalisasi. Lalu bagaimana memasuki era digital, ketika lagunya sendiri belum digital,” cetus Novyandi.

Untuk menyukai lagu-lagu Banjar, hemat dia, masyarakatnya jangan malu menggunakan bahasa Banjar dalam komunikasi, termasuk bila sudah bertugas di tempat lain, misalnya di Jakarta.

Sehingga orang tahu tentang identitasnya. “Namun bila berbahasa Banjar saja malu, jangan berharap dapat melestarikan bahasanya,apalagi lagunya,” urai Novyandi.

Dia berpendapat, lagu Banjar yang paling terkenal hanya ada dua, “Paris Barantai” dan “Ampar-Ampar Pisang”. Di luar dua lagu tersebut, kata dia, tidak ada yang sangat terkenal.

” Semua lagu lainnya biasa saja. Karena itu perlu advokasi dalam bidang kesenian, terutama menyangkut lagu Banjar,” sambungnya.

Sejumlah pendengar “Palidangan Noorhalis ” memberikan tanggapan melalui saluran telepon.

Ahmad Uya di Kotabaru, berharap, radio-radio harus rutin memutar lagu Banjar.

Begitu juga di sekolah, muatan lokal harus mengajarkan lagu Banjar. Setiap hari menyanyikan lagu Banjar di sekolah, agar anak mengerti tentang identitas budaya. Lagu-lagu daerah ini dapat memperkuat persatuan bangsa.

Opung di Banjarmasin, mengatakan, lagu Banjar itu sangat asyik, musiknya seperti irama latin, dinyanyikan dengan musik chacha juga enak. Lagu Banjar harus memperlihatkan karakteristik kedaerahan dan harus sopan.

“Lucu boleh, tapi tidak jorok (tidak mengandung unsur pornografi, red) Karena hati-hati dalam membuat lirik lagu Banjar, karena dari lirik tersebut tergambar karakteristik masyarakatnya, menjadi identitas budaya,” katanya.

Penulis: Cynthia

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment