Banjarmasin, BARITO – MENONTON pertunjukan teater atau seni budaya sering disebut hanya monopoli sebagian kalangan tertentu. Kesan berat, mahal, dan perlu usaha ekstra demi memahami cerita, membuat orang berpikir-pikir untuk datang menonton seni pertunjukan.
Namun STIKIP PGRI Banjarmasin berhasil membalik stigma tersebut melalui pertunjukan opera berjudul Caronong Samudra, Sabtu (2/2/2019) malam di Gedung Sultan Suriansyah Banjarmasin.
Pagelaran kolosal yang melibatkan 300 penari itu berhasil menyedot total 3.000 penonton baik umum dan pelajar serta mahasiswa dalam pertunjukkan yang mengangkat cerita mengenai kejayaan Pangeran Samudra itu.
Pementasan sendiri dilaksanakan dua sesi yakni sesi pertama pada pukul 16.00 Wita dan sesi kedua pada pukul 20.00 Wita.
Pantauan Barito Post , hingga pertunjukan berakhir lebih kurang pukul 21.30, penonton tak beranjak dari tempat duduknya .
Opera yang dipertunjukkan di Gedung Sultan Suriansyah tersebut, mengangkat judul Caronong Samudera yang menceritakan perseteruan yang terjadi antara seorang paman dengan keponakannya dan ini terkait dengan perebutan takhta kerajaan.
Sang paman yakni Pangeran Tumenggung ingin membunuh keponakannya sendiri yakni Pangeran Samudra karena ingin merebut kekuasaan.
Pangeran Samudra sempat melakukan pelarian ke Balandean, namun akhirnya Pangeran Tumenggung masih bisa mendapatkannya.
Peperangan terus berlanjut, kemudian Pangeran Samudra meminta bantuan ke Demak dengan syarat apabila menang masuk Islam dan hal itu pun disepakati.
Akhirnya Pangeran Tumenggung dan juga Pangeran Samudra saling berhadapan. Dan Pangeran Tumenggung penuh ambisi menghabisi keponakannya.
Namun sikap berbeda diperlihatkan oleh Pangeran Samudra, yang justru mempersilahkan pamannya untuk membunuhnya.
Akhirnya Pangeran Tumenggung pun luluh hatinya, kemudian saling berpelukan dan menyerahkan kekuasaan kepada Pangeran Samudra.
Sesuai kesepakatan, akhirnya Pangeran Samudra pun memeluk Islam dan menjadi raja pertama di Banjar yang memeluk islam
Para pemain yang sebagaian besar adalah mahasiswa/i STIKIP PGRI Banjarmasin sangat apik menghadirkan suasana kerajaan lengkap dengan kostum kebudayaan Banjar
Penari yang dilibatkan pun jumlahnya begitu banyak yakni lebih dari 100 orang, mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Dosen Produksi Tari STIKIP PGRI Banjarmasin, Suwarjiya kepada wartawan mengatakan penggarapan opera ini memerlukan waktu lebih dari tiga bulan.
“Lebih dari tiga bulan. Dan untuk mendapatkan tokoh, alur cerita dan sebagainya kami melakukan kajian di beberapa buku dan sumber. Dan untuk penari jumlahnya lebih dari 100 orang, kemudian ditambah pemain musik dan juga paduan suara,” katanya.
Sementara itu Ketua Umum Panitia Pelaksana, Rari Salsabila menerangkan bahwa pementasan opera tersebut sekaligus sebagai ujian.
“Ini ujian untuk mata kuliah Manajemen Seni Pertunjukkan oleh mahasiswa semester lima, dan Produksi Tari oleh mahasiswa semester tujuh,” katanya
Rari menambahkan opera Coronong Samudra mengangkat kejayaan Pangeran Samudra.
“Pangeran Samudra meskipun diasingkan tetap memancarkan cahaya kepangeranannya karena kebesaran hatinya,” pungkas putri eks drummer grup cadas Crazy Lion ini.
Mercurius