Marabahan, BARITO – Kalangan petani di Kecamatan Jejangkit Kabupaten Barito Kuala saat ini mengeluhkan mahalnya harga pupuk. Sementara di wilayah mereka itu sebelumnya jadi lokasi Hari Pangan Sedunia (HPS) Tahun 2018 lalu.
“Harga pupuk terlalu mahal, tidak memadai dengan hasil padi yang didapat.
Seperti urea yang bersubsidi mencapai Rp100 ribu untuk 50 kilogram, sedangkan yang tidak bersubsidi mencapai Rp290 ribu sampai Rp300 ribu satu kwintal,” ungkap Kepala Desa Cahaya Baru H Imbran dihadapan anggota DPRD Kalsel DR H Karli Hanafi Kalianda, SH MH yang melakukan reses di desa tersebut, Ahad (24/2/2019).
H Imbran melanjutkan, yang jadi masalah untuk pupuk bersubsidi yang didropping ke petani selalu terlambat dan jumlah yang diterima petani juga terbatas atau tidak mencukupi.
“Kalau dikurangi pupuk, hasilnya sedikit, belum lagi serangan hama dan penyakit,” tambahnya.
Dia juga mengatakan, padi yang ditanam jenis unggul. Sedangkan harga jual mencapai Rp60.000 sampai Rp65.000 per blek.
“Kalau dihitung-hitung harga jual yang kami terima sangat tidak memadai dengan biaya yang dikeluarkan, untuk satu kali panen dalam satu tahun,” ujarnya.
Untuk itu, katanya, kami para petani berharap kepada anggota DPRD Kalsel untuk bisa memperjuangkan tambahan jatah pupuk bersubsidi, dropping tepat waktu dan ada bantuan bibit selain padi, seperti jeruk dan sayuran.
Menanggapi jeluhan warga tersebut, politisi Partai Golkar Kalsel H Karli Hanafi Kalianda yang berasal dari dapil Kabupaten Batola ini berjanji akan memperjuangkan dengan instansi berwenang yang pendanaannya dari APBD Provinsi Kalsel.
Keluhan serupa tentang mahalnya pupuk juga dilontarkan warga Transmigrasi Sampurna yang juga masuk Kecamatan Jejangkit Kabupaten Batola.rel/sop