Banjarmasin, BARITO – Para petani jeruk di sentra perkebunan jeruk, yaitu di Desa Karang Indah, Desa Puntik Dalam dan Desa Karang Bunga Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala masih berharap hasil panen jeruk mereka bisa memberikan nilai tambah secara ekonomi.
Meski pun hasil produksi atau hasil panen jeruk di Batola saat ini sedang berlimpah, yaitu bisa mencapai 5.000 ton per petani, sedangkan harganya di tingkat petani juga lumayan bagus, yaitu mencapai Rp5.000 per kilogram.
Hal itu terungkap saat anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Provinsi Kalimantan Selatan DR H Karli Hanafi Kalianda, SH, MH melakukan reses menggali aspirasi di daerah pemilihannya di lima desa di Kabupaten Batola, Rabu (28/10/2020) sampai Jumat (30/10/2020).
“Hasil pertanian jeruk saat ini memang sudah cukup bagus, tapi kami mengharapkan ada nilai tambah seperti di Pulau Jawa, contohnya banyak makanan atau minuman ringan yang dibuat dari buah Apel,” ujar Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Karang Indah M Zaini.
Lanjutnya, misalnya produksi jeruk dari Desa Karang Indah ini bisa dibuat minuman kemasan, serbuk jeruk, keripik jeruk dan sebagainya.
Karlie Hanafi menanggapi aspirasi dalam kegiatan reses dengan menerapkan protokol kesehatan itu mengatakan, untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil jual produksi jeruk, antara lain bisa dengan mencontoh di Pulau Jawa.
“Saya akan sampaikan masalah ini kepada pihak yang berkompeten di tingkat provinsi maupun kabupaten untuk ditindaklanjuti, sehingga harapan masyarakat itu benar-benar bisa direalisasikan yaitu memberikan nilai tambah pada produksi jeruk yang saat ini pemasarannya sudah ke Pulau Jawa,” ujarnya.
Politisi santun ini menambahkan dengan memberikan nilai tambah pada hasil pertanian jeruk ini pada gilirannya akan meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat petani di daerah itu, karena selain jeruk, lima desa yang dikunjunginya dalam kegiatan reses, yaitu Karang Indah, Puntik Dalam, Jejangkit Muara, Jejangkit Pasar dan Karang Bunga, semuanya mengandalkan pertanian padi sebagai mata pencarian utama warganya.
“Masyarakat di lima desa yang saya kunjungi mengandalkan pertanian padi lokal dan padi unggul sebagai mata pencaharian,” kata Karlie.
Menurut Karlie hasil pertanian padi mencukupi untuk kebutuhan pangan sehari-hari dan selebihnya untuk dijual. Namun untuk pertanian padi ini masyarakat mengharapkan distribusi pupuk tepat waktu. Sebab petani mengeluhkan distribusi pupuk sering tidak tetap waktu.
“Saat musim tanam pupuk bersubsidi tidak tersedia. Justru disaat tidak diperlukan, yaitu saat panen pupuk justru tersedia,” ujarnya.
Karlie berjanji untuk masalah pupuk ini akan mencarikan solusi dengan mempertanyakan proses distribusinya ke instansi yang berwenang baik di tingkat provinsi maupun kecamatan dan dari reses ini berbagai permasalahan lain juga terungkap, seperti permohonan perbaikan jalan dan jembatan, masalah kamtibmas, kesenian, olahraga dan lainnya.
Kegiatan reses H Karlie Hanafi Kalianda ini mendapat sambutan antusias dari warga di desa yang didatangi, namun dengan menerapkan protokol kesehatan, maka warga yang datang dibatasi agar tidak menimbulkan kerumunan, tapi tetap menggunakan masker dan menjaga jarak.
Rilis : DPRD Kalsel Editor: Sopian