*Bertahun-Tahun Hasil Menurun, Beras Sampai Minta Tetangga
Banjarbaru, BARITO
Sejumlah petani tambak di Muara Kintap, Kabupaten Tanah Laut (Tala) melakukan demonstrasi di kantor gubernur Sekretariat Daerah Provinsi Kalsel, Senin (23/9) pagi.
Mereka meminta pemprov turun tangan memberikan solusi atas persoalan yang menimpa mereka selama bertahun-tahun.
Persoalan tersebut adalah berkurangnya hasil tambak udang yang terjadi sejak tahun 2014 sehingga terjadi gagal panen.
Salah satu perwakilan warga, Rudi Suparsi mengatakan, memang sudah terjadi beberapa kali pertemuan antara warga dengan pihak perusahaan yang beroperasi di daerah itu.
Namun tidak ada titik temu dan solusi hingga saat ini.
Akibat yang diderita petani adalah minimnya penghasilan karena berton-ton udang ditemukan mati sehingga tidak bisa panen.
“Apa yang diberikan kepada keluarga? , (bagaimana) makan kepada anak istri. Bahkan, beras saja harus minta ke tetangga sebelah,”tutur Rudi.
Dia menuturkan bahwa pihak perusahaan terkesan tidak peduli.
“Kami memang tidak sekolah. Tidak tahu yang namanya ada pencemaran atau tidak. Tetapi yang kami tahu kenyataannya di lapangan, tambaknya berwarna hitam,”urainya kepada wartawan.
Dia juga menegaskan, jika masyarakat disuruh menunggu lama lagi, maka akan lebih banyak lagi massa yang akan datang.
Menurutnya, tahun ini adalah yang terparah. ” Ini saja sudah hampir satu tahun terakhir yang paling parah penurunannya yang kami rasakan. Berapa puluh bahkan ratusan hektar hancur,”cetusnya.
Sementara itu Sekdaprov Kalsel Abdul Haris Makkie pihaknya akan ikut andil memberikan solusi bagi masyarakat petani.
“Kita akan segera menyelesaikan masalah, hari ini saya langsung akan lapor dengan Gubernur. Nanti akan ada mediasi selanjutnya, saya minta ada perwakilan masyarakat nanti yang ikut guna menjelaskan kepada perusahaan, Pemkab Tala maupun dinas terkait lainnya,”tandasnya sembari berharap segera ada titik temu sampai tuntas. Sehingga tidak terjadi kerugian para pihak.
“Percayakan saja dengan kami,”ujarnya lagi
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalsel Ikhlas menambahkan bahwa permasalahan itu memang sudah terjadi sejak lama.
Dia mengakui adanya penurunan penghasilan petani. Tetapi dari pihaknya sendiri tidak menemukan adanya pencemaran di wilayah itu.
” Berdasarkan dari parameter bakumutu yang ada, sementara tidak ada pencemaran,”bebernya.
Ikhlas juga menerangkan bahwa setiap enam bulan sekali pihak perusahaan memberikan sampel untuk pelaporan titik pembuangan limbah cair (plc). Limbah yang dibuang itu menurutnya harus sesuai bakumutu.
Tentang kemungkinan sabotase terhadap air tambak, Ikhlas menolak berkomentar. Dia hanya mengatakan bahwa sepengetahuannya, pernah ada perjanjian antara masyarakat dengan perusahaan. Meski dia mengaku tidak tahu persis detil perjanjiannya.
tya