Produksi Bawang Merah Tapin Anjlok

xTapin, BARITO – Musim kemarau berkepanjangan membuat produksi bawang merah di Kabupaten Tapin tahun 2019  turun drastis. Padahal, tahun 2018 lalu bawang merah dari Desa Suato Lama, Tapin, terbilang bagus dan mendukung kekurangan pasokan bawang merah di Kalimantan Selatan.

Bahkan komoditas bawang merah dari Tapin berorientasi ekspor.  Sebelumnya  produktivitas bawang merah yang dihasilkan oleh petani mandiri dan kelompok tani lainnya naik 7 – 8 ton dengan waktu panen yang mencapai tiga bulan sekali.

Desa Suato Lama, Kecamatan Salam Babaris, disiapkan untuk sentra produksi bawang merah di Kabupaten Tapin.

Bawang varietas Tajuk dan Super Philip adalah bawang yang dihasilkan petani Tapin, meski ditanam di lahan bekas rawa. Lahan tanaman bawang merah itu merupakan lahan pertanian padi unggul.

Anjloknya produksi bawang merah di tingkat petani Tapin disebabkan akibat kekeringan.Kondisi ini  diperparah dengan intensitas curah hujan yang terbilang tinggi dalam sepekan terakhir. Sejumlah petani pun kebingungan lantaran beberapa petak tanaman bawang merah  mereka terendam banjir. Mereka hanya bisa pasrah saat bawang merah di lahan mereka mengalami kerusakan dan menyebabkan gagal panen.

“Karena turun hujan ini amblas semua tanaman bawang merah. Ya hampir berapa desa panennya menurun, bahkan gagal panen. Kami sendiri merugi, karena lebih tinggi biaya produksi ketimbang memanennya. Meskipun sudah tiga kali dalam setahun ini panen, hasilnya tidak menggembirakan seperti tahun sebelumnya,” keluh Samidi, Petani Bawang Merah Suato Lama, Tapin, Sabtu (16/11) siang.

Bupati Tapin HM. Arifin Arpan,tidak menampik bahwa produktivitas bawang merah Tapin menurun drastis dari tahun sebelumnya.  Kondisi ini disebabkan faktor alam dan cuaca, terutama musim kemarau yang teramat panjang.

Meskipun begitu, Sabtu siang itu, Buoati Arifin bersama warga dan muspida setempat melakukan panen bawang merah. Panen kali mereka lakukan di lahan pertanian bawang merah seluas 54 hektare.

Bupati Tapin berharap produksi bawang merah di Desa Suato Lama ini paling tidak mencukupi kebutuhan warga setempat.

“Kenapa hanya 54 hektare  panennya, karena alam disini tidak mendukung. Kemaraunya terlalu panjang, karena bawang merah itu kan harus ada air yang cukup. Air tidak ada ya akan kering itu tanaman bawang. Pertumbuhannya jadi kurang bagus. Tapi petani tetap bersemangat dan optimis mengembangkan tanaman bawang merah ini,” terang Arifin Arpan.

Sementara itu Bank Indonesia, terus mendorong Kabupaten Tapin mampu memproduksi bawang merah dengan baik, sehingga lebih berkembang di pasaran. Sejak 2014 lalu Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Selatan memang konsisten ikut mendorong peningkatan kualitas dan produktifitas hasil pertanian Kalsel melalui petani lokal, baik melalui program pendampingan maupun bantuan peralatan.

Bank Indonesia rutin memberikan pendampingan hingga bantuan pembuatan gudang. Dengan peningkatan kualitas dan produksi yang ada saat ini, BI optimistis bawang lokal di Kabupaten Tapin mempunyai potensi untuk diekspor.

“ Dengan peningkatan kualitas dan produktifitas hasil pertanian, diharapkan bisa mendorong kesejehteraan petani dan mampu mengatasi permasalahan inflasi yang sering terjadi di daerah ini. Bawang merah di Tapin tetap menjanjikan,” kata Aryo Wibowo, manajer Fungsi Pengembangan UMKM Perwakilan BI Wilayah Kalsel .

Penulis: Cinthia

Related posts

Baksos dan Deklarasi Pilkada Damai Bersama Nelayan Kotabaru Digelar Polda Kalsel

Prabowo-Gibran Resmi Dilantik, Kalsel Optimis Terus Berkembang Songsong Indonesia Emas

Pelajari Mekanisme Seleksi KPID, Komisi I DPRD Kalsel Gali Informasi ke DPRD Jatim