Prof Dr Imron Arifin: Dunia Pendidikan tak Bisa Hindari Digitalisasi dalam Kehidupan

Prof Dr Imron Arifin MPd dalam Kuliah Ahli "Penguatan Manajemen Pendidikan Berbasis Artificial Intelligence pada Era Society 5.0’ pada Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Universitas Islam Kalimatan (Uniska) di aula Fakultas Hukum Uniska Banjarmasin. Didampingi pula oleh Ketua Pelaksana Prodi Magister Administrasi Pendidikan Dr Didi Susanto MPd (foto:baritopost)

Banjarmasin, BARITOPOST.CO.ID – Kini telah memasuki era globalisasi dan digitalisasi dalam penggunaan teknologi. ‘Kita tidak bisa menghindari sesuatu yang digital dalam kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan, mulai PAUD (pendidikan anak usia dini) hingga perguruan tinggi,’ ucap Prof Dr Imron Arifin MPd dalam Kuliah Ahli “Penguatan Manajemen Pendidikan Berbasis Artificial Intelligence pada Era Society 5.0’ di Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Universitas Islam Kalimatan (Uniska) di aula Fakultas Hukum Uniska Banjarmasin, Sabtu (26/10/2024).

Baca Juga: Melalui Halte Sungai, Warga Mudah Menuju RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin

Menurutnya,  saat ini guru dalam belajar mengajar sudah menggunakan Artificial Intelligence (AI). Era perubahan masyarakat pada Revolusi Industri 4.0, pada akhir tujuannya adalah bagaimana memanusiakan manusia.

‘Perubahan manajemen berarti memanusiakan manusia (humanize humans). Hasilnya adalah kinerja mencapai kualitas yang tinggi dan bisa mandiri atau merdeka. Merdeka yang bisa dipertanggungjawabkan,’ ujar Ketua Asosiasi Program Studi Manajemen/Administrasi Pendidikan Indonesia (APMAPI) ini.

Guru besar Universitas Negeri Malang (UNM) ini, mengakui, transformasi kurikulum sekarang menggunakan digital mindset. ‘Sekarang ini memang dituntut kemampuan untuk semakin mengusai teknologi digital dan semakin mengusai informasinya,’ tambah Imron Arifin.

Baca Juga: Bank Indonesia Gelar Ekspedisi Rupiah Susur Sungai di Kalsel

Untuk itu, sambungnya, Perubahan manajemen sekarang bertumpu pada tiga hal. Pertama, berbasis sains dan teknologi. Kedua, memberi kesempatan pendidikan yang sama dan berkeadilan. Terakhir, memberikan distribusi pendidikan yang sama dengan menggunakan kualitas sama.

Sebenarnya konsep revolusi 4.0 dan Society 5.0 tidak memiliki perbedaan yang jauh. Hanya saja konsep Society 5.0 lebih memfokuskan konteks terhadap manusia. Jika Revolusi industry 4.0 menggunakan AI, dan kecerdasan buatan yang merupakan komponen utama dalam membuat perubahan di masa yang akan datang.

Sedangkan Society 5.0 menggunakan teknologi modern hanya saja mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya. Dirilisnya konsep Society 5.0 juga merupakan jawaban dari tantangan yang sedang dihadapi Jepang. Jepang sendiri saat ini sedang mengalami masalah akibat berkurangnya populasi.

Baca Juga: Integrasi Muatan Lokal Kurikulum Pendidikan Lingkungan Gambut untuk SMK/SMA di Kalsel

Hal ini membuat penduduk pada usia produktif menjadi berkurang. Jepang berusaha untuk menstabilkan kondisi tersebut salah satunya dengan menerapkan konsep Society 5.0.

Munculnya Society 4.0 di mana manusia yang sudah mengenal komputer hingga internet juga dalam penerapannya di kehidupan. Jika Society 4.0 memungkinkan kita untuk mengakses juga membagikan informasi di internet.

Society 5.0 adalah era dimana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri. Internet bukan hanya sekedar untuk berbagi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan.

‘Dalam Society 5.0, nilai baru yang diciptakan melalui perkembangan teknologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia dan masalah ekonomi pada kemudian hari. Jepang tentu akan terus mengembangkan teknologi hingga konsep Society 5.0 bisa terealisasikan sepenuhnya,’ beber Prof Dr Imron Arifin.

Baca Juga: UMKM Kalsel Makin Berdaya, Bank Kalsel Bantu Rombong Barakah untuk Mustahik

Ketua Pelaksana Prodi Magister Administrasi Pendidikan Dr Didi Susanto MPd mengungkapkan, kini banyak perubahan dalam berbagai bidangm, termasuk pendidikan. Sebab itu, guru dan kepala sekolah yang bekerja dalam dunia pendidikan di daerah diharapkan dapat memahami arti Artificial Intelligence (AI/kecerdasan buatan). ‘Jadi Artificial Intelligence (AI) dapat digunakan semaksimal mungkin, namun jangan sampai menghilangkan karakter pendidikan. Apalagi teknologi tidak memiliki rasa, sebab itu kita harus mampu beradaptasi dengan teknologi agar tidak ketinggalan,’ paparnya.

Itulah fungsi memahami Revolusi Industry 4.0 dan Era Society 5.0. ‘Dua berbeda, tapi benang merahnya tetap sama,’ jelasnya.

Sehingga antara Revolusi Industry 4.0 yang dicetuskan di tokoh dan penemu di Jerman, sedang di Jepang dengan teknologi canggih ternyata terjadi perubahan sosial di masyarakat. ‘Jangan sampai terjadi segala sesuatu itu robot. Jangan sampai pula anak-anak kita justru ketergantungan pada AI (kecerdasan buatan) yang menghilangkan daya kritis terhadap keilmuan,’ imbuh ketua pelaksana Prodi Magister Administrasi Pendidikan ini.

Baca Juga: Uji Coba Subsidi Tepat Pertalite di Kalsel, Pertamina: Pengendara Roda Empat Segera Daftar Sebelum 1 November 2024

Kehadiran Prof Dr Imron Arifin MPd (Wakil Menteri) tercipta kolaborasi keilmuan. ‘Kuliah Ahli bagian dari pembekalan bagi mahasiswa magister dan guru-guru di daerah, agar tidak takut menghadapi kecerdasan buatan, tapi lebih kepada adaptasi teknologi,’ kata Didi Susanto yang lulusan doktor Universitas Negeri Semarang ini.

Kuliah Ahli “Penguatan Manajemen Pendidikan Berbasis Artificial Intelligence pada Era Society 5.0’ dihadiri 150-an peserta. Tampak antusias peserta dalam menyimak Kuliah Ahli tersebut.

Editor: Afdiannoor Rahmanata

Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya

Related posts

CIMB Niaga Gelar Kejar Mimpi Goes To School Serentak di 35 Sekolah di Indonesia

Melalui Halte Sungai, Warga Mudah Menuju RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin

UMKM Kalsel Makin Berdaya, Bank Kalsel Bantu Rombong Barakah untuk Mustahik