Banjarmasin, BARITO-Perkembangan Covid-19 di Banjarmasin semakin terlihat jelas peningkatannya, dari angka Orang Dalam Pemantauan (ODP) sudah mencapai 345 orang. Ironisnya sudah ada empat orang yang meninggal dari 19 Pasien Dalam Pengawasan (PDP), berarti prosentasi kematian di kota Seribu Sungai ini tertinggi di dunia.
Pasalnya sebanyak 21,05% kematian akibat Covid-19 di Banjarmasin. Sementara organisasi kesehatan dunia (WHO) hanya menetapkan angka kematian Covid-19 itu hanya 2%. Sebaliknya di Banjarmasin sudah mencapai 20,05 persen.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin Dr Machli Riyadi mengungkapkan hal itu, Rabu (15/4/2020) siang usai menghadiri Dapur Umum Tiga Pilar Satgas Pengendalian Covid-19 di Lapangan Kamboja Banjarmasin Tengah. Dia juga prihatin atas meninggalnya dokter spesialis paru senior yang baru berpulang kemarin
“Dan hari ini pun kita menambah lagi angka kematian seorang dokter spesialis paru Hasan Zain, sebagaimana yang sudah diberitakan dalam data provinsi, “sebutnya. Padahal menurutnya, selain faktor usia 75 tahun, yang bersangkutan bukan tim dokter penanganan Covid-19. Namun dokter itu sendiri merasakan sendiri gejala wabah menular pandemi tersebut.
Machli menyatakan hal ini menunjukkan bahwa Banjarmasin harus bersatu bergotong-royong, sama-sama memiliki semangat. Yakni untuk memerangi memberantas dan memutus mata rantai wabah asal Provinsi Wuhan negara China itu.
Dia berharap semua elemen semua pihak, tidak hanya pemerintah tetapi juga kedisiplinan masyarakat terkait dukungannya. Yaitu sikap kegotongroyongan masyarakat sangat diperlukan dalam penanganan PDP.
Melihat fakta seperti ini Machli menilai kedisiplinan masyarakat masih rendah, imbauan walikota kalau kemana-mana harus menggunakan masker. Social distancing dan budaya cuci tangan masih belum maksimal dilaksanakan. Jangan keluar rumah kalau tidak untuk kepentingan yang sangat mendesak juga diabaikan.
“Karena tidak mamtuhi imbauan itu, akhirnya bertambahlah jumlah kasus ini. Lebih parah lagi ketika OPD yang seharusnya Dikarantina Mandiri, namun banyak masih bandel. Kita memerlukan sekali peran serta masyarakat untuk mengawasi ODP secara langsung anggota keluarganya,”ujarnya.
Sementara ketika sangat diperlukan Rumah Karantina, namun sayangnya ditolak warga kawasan Perdagangan Banjarmasin Utara. Machli menekankan, tujuan pihaknya memperjuangkan rumah karantina itu, agar orang-orang yang tidak disiplin ODP ini dirumahkan dan dijaga oleh Polisi-TNI serta diawasi masyarakat secara langsung.
“Dengan demikian kita bisa mendisiplinkan ODP ini selama 14 Hari guna memutus mata rantai Civid-19,”ingat mantan Wakil Direktur Administrasi dan Hukum, Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum ini dan Bagian Hukum RSUD Ulin.
Penulis: Arsuma Editor : Mercurius