Pelaihari,BARITO – Sekitar tahun 2018, teknologi terapi medis yang biasa dikenal Hemodialisa atau Hemodialisis atau alat cuci darah. Teknologi ini digunakan untuk memompa dan mengatur pergerakan darah kebagian ginjal.
Sejalan dengan itu, peralatan kesehatan kembali hadir di Rumah Sakit Haji Boejasin (RSHB) Pelaihari. Alat kesehatan (Alkes) tersebut berupa Hemodialisis atau biasa disebut alat cuci darah. Namun tentunya diperlukan kesiapan yang matang sebelum pelayanan pasien cuci darah itu dimulai. Baik itu menyangkut ruangan, maupun ornament lainnya agar nyaman bagi pasein dan tenaga medis serta perawat.
Memastikan semua telah siap, manajemen RSHB Pelaihari menggandeng Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) yang merupakan perhimpunan para dokter khususnya yang bergerak dibidang Nefrologi dan Hipertensi wilayah Jatim dan Kalimantan. Itulah ia dr.M.Rudiansyah salah seorang Pernefri dari rumah sakit Ulin Banjarmasin yang melakukan pengecekan dan kesiapan ruangan pelayanan cuci darah di RSHB Pelaihari.
Senin, (13/9) dokter Rudiansyah melakukan peninjauan ruangan untuk pelayanan cuci darah yang akan ditempatkan dilantai 3 gedung RSHB Pelaihari. Dari Ac hingga toilet pasien tidak luput dari pengamatannya. Namun sebelum pengecekan segenap sfat dan karyawan hingga Direktut RSHB Pelaihari diberikan pengarahan atau dalam tahap pra visitasi pada aula RSHB Pelaihari.
Dalam keterangan persnya, Dirut RSHB Pelaihari dr Hj.Isna Farida mengatakan, pada rumah sakit dimana saja Hemodialisis hampir sama semua jenis alatnya, dan pada tahap awal ini RSHB Pelaihari ada 4 alat dulu yang bisa melayani pasien 8 orang dalam sehari. Jadi ada 2 shift pelayanan yang diberikan. Dan kedepannya tengah di planningkan sampai 10 unit, sehingga bisa melayani sekitar 20 orang pasien per harinya,”jelas Isna.
Lantas kapan peralatan ini sudah bisa dioperasikan ?
Menurut Dirut RSHB Pelaihari, semua diusahakan pada awal bulan Oktober ini sudah bisa beroperasi pelayanan cuci darah. Untuk SDM sampai dokternya baik spesialis dan umum sudah terlatih dan sudah siap semua.
“Tinggal setting alat dan setting ruangan saja, dan peratalan cuci darah pada RSHB Pelaihari ini pun sudah standar layaknya pada semua pada rumah sakit diseluruh Indonesia,”jelasnya.
Terhadap operasional Hemodialisis ini sendiri sambung Isna, dengan menggunakan sistem pinjam pakai atau Kerja Sama Operasi (KSO), dalam artian kerjasama operasional pinjam pakai alatnya tanpa RSHB Pelaihari membeli, RSHB Pelaihari hanya membeli bahan-bahannya. Dalam kontrak kerjasamanya itu berlaku selama 5 tahun dengan perusahaan langsung pemilik alat yakni PT.Fresenius Medical Care Indonesia.
Sementara itu dr.Rudiansyah usai melakukan pengecekan ruangan untuk pelayanan cuci darah di RSHB Pelaihari ini mengatakan, saat ini RSHB Pelaihari menambah pelayanan Hemodialisis maka Pernefri wilayah Kalimantan meninjau persiapan sebelum pada akhirnya menerbitkan surat rekomendasi pendirian pelayanan tersebut.
“Mungkin juga akan melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel. Setelah dilakukan pengamatan pada ruangan-ruangan, pada prinsipnya menyesuaikan saja pada SOP yang ada sesuai dengan Permenkes RI nomor 812 tahun 2010 mengenai sarana dan pra sarana,”jelasnya.
Ia menambahkan, pada ruangan sudah cukup bagus, hanya mengatur posisi-posisinya saja. Semua bertujuan demi keselamatan pasien dan kenyamanan pelayanan.
Manejemen RSBH Pelaihari sendiri akan menampatkan pelayanan pasien cuci darah dilantai 3. Pada saat bersamaan, Komisi 2 DPRD Tanah Laut pun melakukan kunjungan ke RSHB Pelaihari dengan tujuan yang sama pula ingin melihat kesiapan menambah pelayanan cuci darah di RSHB Pelaihari.
Untuk peralatan Hemodialisis yang ada pada RSHB Pelaihari sendiri adalah merek Fresenius tipe 5008B. Alat ini secara kualitas serta lengkap dengan standar prosedural pelayanan dan dinilai memiliki Hemodial Filtration atau tingkat penyaringan darah terbaik.baz