Banjarbaru, BARITO – Komunitas Jurnalis Lingkungan kembali menggelar penganugerahan Pena Hijau Award 2019 di aula Bapelkes Kota Banjarbaru, Rabu (25/9)i. Penghargaan diberikan kepada dua pengiat lingkungan yakni Rabiatul Adawiyah dari Kabupaten Kotabaru dan Muamar yang juga Kepala Desa Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola).
Adawiyah dinilai layak penerima penghargaan bidang lingkungan ini karena telah mengabdikan dirinya ntuk penyelamatan hutan mangrove di tempatnya. Sedangkan Muamar merupakan penggagas pengolahan air sungai menjadi air minum yang saat ini sudah banyak membantu masyarakat di wilayahnya, mengatasi kesulitan air bersih.
Penyerahan Pena Hijau Award 2019 dirangkai diskusi lingkungan bertema “Menggali Potensi Keanekaan Ragaman Hayati di Kawasan Pegunungan Meratus” yang dibuka Sekda Provinsi Kalsel H Abdul Haris Makie.
Haris berharap kiprah para komunitas atau indinvidu yang peduli dengan kelestarian lingkungan, terus digelorakan sehingga memberikan yang terbaik dalam kemajuan dan keseimbangan lingkungan yang berkelanjutan.
Pemerintah maupun masyarakat dan termasuk kelompok kelompok lainnya ujarnya, dalam hal upaya pelestarian lingkungan tidak boleh hanya bermain di area retorika, saja tetapi harus di wilayah praktis atau kerja nyata.
“Dengan memberikan solusi pemikiran atau konsep untuk dilaksanakan bersama-sama agar tidak terjadi lagi di masa mendatang,” pesannya.
Haris juga merngingatkan soal ancaman terbesar terhadap kesehatan manusia yakni kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang kerap terjadi di musim kemarau saat ini.
“Setiap tahun ada tujuh orang meninggal karena polusi udara. Sementara itu di seluruh dunia tercatat 9 dari 10 orang terpapar pencemaran udara,” bebernya.
Kabut itu bisa jadi berasal dari kendaraan bermotor, industri pertanian dan pembakaran sampah hingga kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) merupakan ancaman serius. Betapa hebatnya akibat dari karhutla ini, tidak hanya mengganggu kesehatan masyarakat, tetapi sudah berimplikasi pada potensi yang mengganggu perekonomian seperti penerbangan terganggu transportasi darat juga.
“Karena itu menjadi kewajiban bagi kita memanganinya secara bersama-sama, tentu tidak hanya pemerintah tetapi bersama-sama lapisan masyarakat memecahkan permasalahan ini. Tercatat sekitar 1492 hektar luas lahan yang terbakar dan hutan terbakar dan ada 169 titik panas,”sebut Haris Makie.
Yang jelas banyak mengakibatkan kebakaran hutan termasuk keanekaragaman hayati yang ada di pegunungan Meratus. Dengan memberikan kontribusi dalam memberikan pemikiran pemikiran bagaimana menjaga ekosistem lingkungan hidup menjadi lebih baik tetap terjaga. ndy
Diskusi menghadirkan nara sumber Hanif Faisol Nurofiq (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel), Ikhlas Indar (Kepala DInas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kalsel), Berry N Furqon (pemerhati lingkungan/Mantan Ketua Walhi Kalsel), Sutomo (Peneliti dari Universitas Lambung Mangkurat), dan Wahyuddin (Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalsel).
Arsuma