Kesembuhan pasien Covid-19 ditentukan oleh banyak faktor, baik medis maupun non medis.
Salah satu faktor non medis yang sangat penting untuk kesembuhan pasien adalah kondisi internal atau yang berasal dari dalam jiwa.
Dengan kata lain, jika selalu menjaga pikiran untuk tetap positif dan optimis, maka akan meningkatkan daya pemulihan dan kekebalan (imunitas).
Hal itulah yang selalu dijaga oleh Mohammad Syah Jehan (59).
Syah Jehan merupakan pasien Covid-19 kategori kritis dan selama 1 bulan dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin beberapa waktu lalu.
Kini, Syah Jehan telah sembuh, dapat melakukan aktivitasnya kembali dan berkumpul dengan keluarga di rumah.
Kesembuhan mantan kepala biro keuangan Setdaprov Kalsel itu juga tidak terlepas dari dukungan rekan-rekannya, baik internal lingkup profesi maupun lingkungan sosialnya.
Seperti diketahui, Syah Jehan merupakan Wakil Direktur Bidang Umum dan Keuangan, RSUD Ulin Banjarmasin. Sehingga ketika menjalani perawatan di lingkungan kerjanya sendiri, maka otomatis dukungan rekan kerja juga mempercepat kesembuhannya.
“Faktor penting untuk kesembuhan, pertama, berasal dari diri kita pribadi dulu. Keyakinan jangan sampai padam. Harus yakin sembuh. Kedua, support dari orang sekitar. Saya bekerja di RSUD Ulin, otomatis ada dukungan internal dari mereka yang saya kenal. Kemudian dari kawan-kawan di luar pekerjaan, misalnya dari media sosial dan sebagainya,” ujarnya ketika diminta untuk membagi pengalamannya sebagai penyintas Covid-19, Senin (17/5).
Syah Jehan mengakui, media sosial membawa pengaruh dan manfaat besar. Melalui media sosial, dirinya bisa berinteraksi dan mendapat dukungan doa dari teman-temannya, meski tidak dapat bertemu secara langsung.
Apalagi, mengingat kondisinya sebagai pasien Covid-19, kunjungan memang tidak diperkenankan.
“Teman-teman dari media sosial mendoakan kesembuhan saya, meski hanya bisa bertemu secara virtual. Kalau dulu, sebelum ada media sosial, interaksi kita tentu sangat terbatas. Jadi peran media sosial juga membawa dampak positif bagi kita,” ungkap warga Martapura, Kabupaten Banjar itu.
Dukungan yang didapat Syah Jehan juga didapat dari kerabat dan rekan di luar pekerjaan. Dukungan itu menurutnya ada yang disampaikan melalui adiknya, dokter atau perawat.
“Misalnya teman dari Martapura, ada ketemu dengan perawat yang merawat saya, lalu beliau titip salam dan mendoakan supaya cepat sembuh. Doa-doa tulus dari teman-teman adalah penambah semangat, selain upaya medis,” cetusnya.
Dia menekankan, sikap mental optimis harus selalu ditanamkan. Jangan sampai muncul pikiran negatif.
“Harus selalu bersemangat. Jangan sampai kita meragukan kekuatan pikiran dan doa, apalagi sampai berucap, aduh bagaimana saya ini, dan kalimat bernada pesimis dan ragu-ragu lainnya,” kata Syah Jehan.
Setelah faktor internal, imbuhnya, maka faktor medis juga sangat penting.
“Kita yakin, tenaga medis berupaya keras untuk menyembuhkan kita dengan tidak membeda-bedakan pasien. Semua pasien harus sembuh,” terangnya.
Lebih lanjut Syah Jehan menuturkan, saat berada di ruang ICU Covid selama 1 bulan dengan menggunakan alat bantu pernafasan tingkat tinggi atau high-flow nasal cannula (HFNC), dirinya tidak henti berdoa dan berkeyakinan untuk sembuh.
Setelah satu bulan dalam perawatan di ICU Covid tersebut, Syah Jehan kemudian dinyatakan negatif Covid atau telah keluar dari fase kritis.
Selanjutnya dia dirawat di ICU biasa lantaran mengalami gangguan ginjal dan jantung.
Dalam status negatif Covid, Syah Jehan dirawat di ruang ICU biasa selama 1 minggu.
Setelah sembuh, Syah Jehan tetap menanamkan semangat dan menebarkan energi positif di lingkungannya.
Untuk menjaga kesehatan, Syah Jehan tetap mematuhi prokes yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan serta berjemur untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh.
*Cynthia