Siswa SDIT Ukhuwah Diduga Dikeroyok Teman Sekelas

Satreskrim Polresta Banjarmasin Lakukan Penyelidikan

by baritopost.co.id
0 comments 3 minutes read
Reza, orang tua siswa menunjukan laporan kasus bulliying anaknya ke Polresta Banjarmasin.

Banjarmasin, BARITOPOST.CO.ID – Kasus bullying atau perundungan diduga terjadi di SD Islam Terpadu (SDIT) Ukhuwah Banjarmasin. Tiga orang siswa diduga menganiaya temannya di depan ruang kelas, pada Jumat (21/2/2025).

Korban mengalami beberapa lebam di tubuhnya. Mirisnya, kejadian itu menimbulkan trauma berat bagi siswa SD kelas 5 itu. Hingga sekarang dia tidak mau masuk sekolah. Padahal, korban merupakan siswa berprestasi, yakni juara 1 National Robotics Competition di Singapura tahun 2024.

Kejadian itu memantik dugaan minimnya pengawasan pihak sekolah. Aksi yang seharusnya tak terjadi itu terekam dalam kamera CCTV sekolah.
Dalam CCTV terlihat siswa SD berbadan kecil itu dicekik, dibanting, dipukul, dan ditendang tiga orang temannya yang salah satunya berbadan lebih besar. Sementara korban tak melakukan perlawanan apapun.

Reza Febiardi, orang tua korban yang menyaksikan anaknya diperlakukan seperti itu mengaku syok dan tak tega melihat rekaman CCTV itu.
Reza pun menuntut pihak sekolah agar bersikap tegas kepada anak-anak yang melakukan tindak kekerasan di sekolah itu.

Dia juga berharap para orang tua pelaku bisa duduk bersama dan menunjukan itikad baik agar persoalan ini bisa bersama-sama diselesaikan.
‘’Kemudian yang terpenting ke depannya tidak ada lagi kejadian serupa di sekolah tersebut,’’ ujarnya kepada wartawan, Kamis (27/2/2025).

Pria yang berprofesi sebagai pengusaha itu mengaku sempat diajak pihak sekolah bertemu dengan para orang tua siswa pelaku.
Namun, Reza menganggap, pertemuan yang berlangsung di SDIT Ukhuwah itu belum menghasilkan titik temu yang memuaskan,”
“Kami juga tidak ada menerima permintaan maaf dari keluarga siswa pelaku, sebagai bentuk penyesalan dan kepedulian terhadap perbuatan anak mereka terhadap anak saya. Bahkan, pihak sekolah juga tidak memberikan sanksi tegas kepada siswa-siswa tersebut,” ujarnya.

Keesokan harinya, imbuh Reza, dirinya bersama keluarga kembali didatangi pihak sekolah untuk membicarakan masalah tersebut. Namun, dia menyayangkan para orang tua pelaku tidak menghadiri pertemuan tersebut.
Sehari kemudian, Reza terkejut, tiba-tiba pihak sekolah menyampaikan hasil keputusan sekolah, yang berisi tentang sanksi dan pertanggungjawaban atas kejadian tersebut.

Reza menganggap mediasi belum selesai, namun pihak sekolah memberikan keputusan secara sepihak.
Adapun hasil keputusan SDIT Ukhuwah bertanggal 25 Februari 2025 tersebut, antara lain memberikan skorsing kepada siswa pelaku selama lima hari dan memindahkannya ke kelas lain.

Kemudian, memberikan terapi pemulihan kondisi psikologis dan mental korban dengan biaya pihak sekolah dibantu orang tua pelaku. Pihak sekolah juga berjanji akan melakukan pendampingan selama proses pemulihan kondisi psikologis dan mental siswa korban.

Reza menanggap pihak sekolah terburu-buru mengeluarkan keputusan, padahal mediasi antarorang tua siswa belum selesai.
“Tiba-tiba saya disodorkan keputusan. Di sini yang saya bingung, ini berdasarkan hasil mediasi yang mana? Karena saya tidak pernah ada menyetujui hasil keputusan mediasi dalam bentuk apapun? Berarti ini keputusan sepihak saja dari pihak sekolah,’’ ujarnya.

Terlebih lagi, lanjut Reza, dalam surat tersebut tidak dijelaskan secara rinci bagaimana bentuk pertanggungjawaban berupa pemulihan kondisi psikologis dan mental anaknya.

‘’Apakah nanti setiap saya membawa anak saya ke psikolog harus seperti mengemis-ngemis menagih biayanya ke orang tua pelaku? Cara begini sama saja mempermalukan saya. Sorry saja, saya tak mau begitu,’’ tegasnya.

Yang disesalkan Reza, sejak pertemuan pertama di SDIT Ukhuwah, salah satu orang tua pelaku tidak mau lagi bertemu dengan pihaknya.
Dia menganggap tak ada itikad baik dari orang tua pelaku untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara musyawarah. Dia pun melaporkan kasus itu ke Polresta Banjarmasin.

“Karena tidak ada itikad yang baik, kasus ini pun saya bawa ke Polresta dan Dinas PPA Banjarmasin. Alhamdulillah kami diterima dengan baik, dan berharap ada jalan keluar tang terbaik untuk anak kami yang sekarang tidak mau masuk sekolah karena takut disiksa,” ujarnya.

Kasat Reskrim Polresta Banjarmasin, AKP Eru Alsefa, melalui Kanit PPA, Ipda Partogi Hutahaean, membenarkan adanya laporan tersebut.
“Untuk laporan memang ada, tentang dugaan penganiayaan terhadap anak. Saat ini masih dalam proses penyelidikan,” ucap Partogi.

“Hari ini kita sudah minta keterangan pelapor dan juga anak yang menjadi korban,” pungkasnya.
Sementara, Kepala SDIT Ukhuwah Syaiful Rahman yang dihubungi Barito Post untuk mengonfirmasi kasus ini, tidak mengangkat telepon selulernya.
Begitu juga saat diminta dihubungi lewat Whatsapp, Syaiful tidak merespons.

Penulis : Hamdani

Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya

Baca Artikel Lainnya

Tinggalkan komentar