Banjarmasin, BARITO – Empat hari sudah simulasi pembelajaran tatap muka SMP dilaksanakan di Banjarmasin. Sejauh ini tidak ada kendala ditemui dan protokol kesehatan (prokes) Covid-19 pun masih konsisten dijalankan pihak sekolah.
Adapun pelaksanaan simulasi pembelajaran tatap muka di empat SMP ini, , menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin Totok Agus Daryanto, ditargetkan maksimal selama dua pekan, sejak 16 November 2020.
“Tapi kalau dalam satu pekan ini sudah dapat formulasinya, kita beranjak dari simulasi ke masa transisi,” katanya kepada wartawan di sela mendampingi para anggota Komisi IV DPRD Kota Banjarmasin meninjau pelaksanaan pembelajaran tatap muka di SMP Negeri 7 Jalan Veteran, Rabu.
Menurut Totok, simulasi belajar tatap muka di empat sekolah –SMPN 7, SMPN 10, SMPN 12 dan SMPN 31— ini sebenarnya mencari pola yang terbaik untuk melaksanakan pendidikan tatap muka yang aman di masa pandemi Covid-19.
“Karena kita semua, tidak hanya Banjarmasin, belum memiliki pengalaman melaksanakan pembelajaran di masa pandemi,” ujarnya.
Karena itu, menurut Totok, perlu dicoba untuk melaksanakannya dengan pola masing-masing sekolah, sesuai protokol kesehatan, agar tercipta pola yang baik untuk disepakati bisa diterapkan di sekolah lainnya.
“Setelah selesai simulasi di empat sekolah ini, pada masa transisi kami tambah nanti sekolahnya lagi. Masa transisi ini lebih panjang lagi hingga dua bulan lamanya,” terang Totok.
Ditargetkan, imbuh dia, pada Februari 2021, semua sekolah sudah kembali ke pola pembelajaran semula, yakni dengan tatap muka yang sesungguhnya.
“Kami minta semuanya tetap waspada.Jangan lengah, tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan sehingga perencanaan berjalan sesuai harapan,” katanya.
Kepala SMP 7 Banjarmasin Kabul mengatakan, proses simulasi belajar tatap muka di sekolah yang ia pimpin menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
“Sejak masuk, siswa diperiksa suhu tubuh, harus cuci tangan pakai sabun dan memakai masker yang standar,” ujarnya.
Kemudian, siswa masuk ke kelas secara bergantian, setiap kelas hanya diisi 11 siswa.”Sebelum belajar, guru akan menyampaikan dulu pengarahan tentang protokol kesehatan,” katanya sebagaimana dilansir Antara.
Menurut Kabul, siswa yang boleh mengikuti simulasi belajar tatap muka ini harus disetujui orang tuanya. “Jadi 82 persen atau 583 orang tua siswa setuju.Sisanya 116 orang tua siswa tidak setuju, tentunya dengan alasan masing-masing, karena anaknya ada yang mengidap penyakit penyerta,” tuturnya.
Siswa yang tidak bisa mengikuti proses belajar tatap muka, imbuh Kabul, tetap dilayani secara daring.
“Sebenarnya pelajaran tatap muka ini perpanjangan dari Pelajaran Jarak Jauh (PJJ), bukan pelajaran tatap muka spesial.Karena, materinya dikirim tiga hari sebelumnya.Siswa yang datang ke sini yang membawa persoalan daringnya ke kelas,” terangnya.(*)
Penulis: Dadang Yulistya