Spirit Pendidikan ditengah Pandemi dari Sudut Terpencil Kabupaten Banjar

Guru dan Siswa Berjuang Bersama Lawan Covid

Martapura, BARITO – Kondisi Pandemi Covid-19 ternyata tidak menyurutkan semangat anak bangsa untuk tetap belajar dan mengajar meski berada di pelosok Kabupaten Banjar.

Adalah  para guru dan siswa siswi SMKN 1 Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar,  yang  tetap merajut harapan di tengah kondisi pandemi yang belum berakhir.

Sekolah yang berada di Desa Sungai Lakum, Kecamatan Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar itu, menerapkan sistem belajar daring selama pandemi. Tentu saja banyak keterbatasan yang dihadapi.

Apalagi, Desa Sungai Lakum berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi masuk dalam kategori Desa Tertinggal

Karena merupakan desa tertinggal, akses menuju desa sulit dicapai karena belum beraspal dan kondisi jalan dipenuhi lubang. Selain itu, jaringan internet dan kondisi ekonomi warga desa terbatas.

Meski dengan keterbatasan, sekolah tetap melaksanakan pembelajaran secara virtual. Tetapi karena sekolah tersebut merupakan sekolah kejuruan, maka memang diharuskan untuk tatap muka yaitu pada saat praktek.

Pada saat ujian praktek itulah, terlihat upaya guru dan siswa untuk mencegah penularan Covid-19.

Mereka dengan konsisten melakukan 3 M  yakni memakai masker, mencuci tangan sesering mungkin dan menghindari berkerumun.

Salah satu guru SMKN 1 Kertak Hanyar,  Rano Welum mengungkapkan, sekolah belum dapat melaksanakan aktivitas tatap muka. Pihaknya juga taat mengikuti Instruksi dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid dan Dinas Pendidikan Provinsi. Meski saat ini Kalsel telah berada dalalm zona oranye atau resiko sedang penularan Covid-19. Tetapi sekolah tetap menggelar pembelajaran secara daring.

“Di masa adaptasi kebiasaan baru, hanya pada saat praktek saja siswa diwajibkan hadir di sekolah. Itupun dengan melalui prosedur dan kami menyampaikan laporan ke pihak terkait. Kami juga menerapkan protokol kesehatan, cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, pengecekan suhu tubuh, memakai masker dan menjaga jarak dan membatasi jumlah,” jelas Rano, Minggu (25/10).

Dalam hal ini, untuk sesi praktek, siswa SMK di bagi sesi nya per 2 kali dalam sebulan. Sebelumnya, sekolah meminta persetujuan dari orang tua.

“Karena sekolah kejuruan memang mengharuskan praktek langsung.” sambung guru mata pelajaran Usaha Perjalanan Wisata (UPW) itu.

Menurut Rano , pada saat praktek, siswa diberikan pemahaman secara langsung dengan tetap mengikuti kaidah protokol kesehatan.Durasi tatap muka hanya dibatasi 45 menit dengan jumlah siswa yang terbatas di dalam ruangan.

Sedangkan untuk pembelajaran daring, dilakukan melalui gawai dengan menggunakan  berbagai aplikasi yang ada.Atau menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan serta kemampuan siswa.

“Karena berada di desa ,terkadang kita membuat modul dengan media pembelajaran harus menyesuaikan dengan kemampuan kuota keuangan siswa dan sinyal jaringan domisili siswa. Karena siswa kami ada yang berasal dari desa tetangga. Misalnya Desa Pasar Kamis, Gambut, Malintang, Tatah Cina, Tatah Belayung dan desa lainnya.Kami tidak ingin memberatkan, karena tempat saya mengajar berbeda dengan sekolah di kota yang menggunakan kuota lebih dan kemampuan finansial orang tuanya yang mampu,” tutur Rano yang bergelar sarjana administrasi bisnis (S.AB) dan magister administrasi itu.

Sedangkan aplikasi yang digunakan untuk sistem daring ini disebutkannya misalnya Whatsapp (WA), Google Meet, Youtube.

Kendati pemerintah provinsi Kalimantan Selatan melalui dinas pendidikan  telah memberikan bantuan kuota untuk sistem daring ini,  namun menurut Rano masih mengalami kendala karena tidak semua siswa memiliki gawai. Itupun tidak semua gawai memiliki kapasitas kemampuan kecepatan internet yang sama atau tergantung merknya.

“Banyak juga siswa hanya memiliki telepon genggam biasa. Kemudian, tidak semua siswa bisa ikut belajar daring karena harus membantu orangtuanya bekerja. Kami tidak memaksakan siswa yang berhalangan hadir. Orangtua mereka umumnya petani, buruh atau pedagang kecil. Ini memang menjadi tantangan kami, tetapi hal itu jangan sampai membuat kita menyerah,” tegasnya.

Agar siswa yang tidak dapat mengikuti belajar daring tetap bisa sekolah, maka guru melakukan inisiatif dengan memberikan tugas kepada siswa. Pihaknya juga membuat laporan ke dinas pendidikan melalui pengawas sekolah terkait kendala yang dihadapi.

“Jika murid tidak bisa ikut belajar online , maka diberi tugas dan link pembelajaran. Kemudian siswa di arahkan membuat rangkuman hasil pengamatan dan dikirim melalui aplikasi WA kepada guru. Guru kemudian membuat laporan dan penilaian ke pengawas, bahwa siswa siswi tetap mengikuti pembelajaran.” sambungnya lagi.

Rano mengakui, tidak jarang ada siswa yang terlambat menyerahkan kembali tugas yang diberikan. Hal ini terjadi karena siswa tersebut membantu orang tuanya.

“Kelas praktek biasanya hanya diikuti sekitar 80 persen siswa. Guru dan siswa memakai masker jika ujian praktek langsung. Dan untuk masker, kami berikan gratis kepada mereka. Jadwal  praktek ini iuga diatur hanya hanya 2 kali dalam satu bulan,” kata Rano.

Sementara itu, Eka Shesilia siswi SMKN 1 Kertak Hanyar  mengatakan, sistem belajar daring membuatnya kesulitan memahami materi pembelajaran. Hal itu karena materi hanya di jelaskan melalui  gawai.

“Menurut saya, pembelajaran daring itu ada sisi baiknya dan sisi buruknya. Sisi baiknya, saya bisa belajar bersama keluarga dirumah. Sisi buruknya, kadang materi yang diberikan secara daring sulit dimengerti dibandingkan pembelajaran langsung. Ini karena mata pelajaran hanya dijelaskan melalui handphone, dan kadang jaringannya juga kurang mendukung,” tutur Eka.

Karena persoalan itulah, Eka mengaku terkadang perlu waktu untuk mengumpulkan tugas daring kepada guru karena harus memahami terlebih dahulu.

“Biasanya 1 tugas diberi jangka mengerjakan selama 1 minggu, dan ada juga yang tidak ada batasan waktu. Jika ada pelajaran kurang dimengerti materinya, paling lama saya mengumpulkannya ketika  sudah mendekati batas terakhir, seperti tersisa 2 hari lagi atau 1 hari lagi . Tetapi Alhamdulillah, peran kakak kelas sangat membantu,karena menjadi tempat bertanya bagi saya,” urainya.

Eka Shesilia berharap, pandemi Covid cepat berakhir, sehingga bisa kembali belajar di sekolah.

“Harapan saya, selama pembelajaran daring ini,  guru tetap bisa memahami keadaan anak muridnya, misalnya memberikan kesempatan bertanya jika ada yang tidak dimengerti, atau dijelaskan tentang materinya sebelum memberikan tugas,” ucap Eka.

Eka juga mengaku berstukur masih dapat belajar di masa pandemi ini. Dia pun bisa memahami jika harus ujian praktek secara tatap muka.

” Kalau untuk praktek , itu pastinya tetap dilaksanakan seperti biasanya, kalau tidak bisa bertatap muka secara langsung, kami juga bisa memahami dan tidak masalah jika harus melalui telepon genggam. Berkait dukungan atau bantuan dari pemerintah,  Alhamdulillah beberapa siswa sudah mendapatkan kuota gratis, dan ada juga beberapa yang mendapatkan kartu gratis. Mungkin beberapa juga ada yang belum dapat, tapi namanya juga mau sukses kan , pastinya perlu perjuangan lebih,” cetusnya.

Penulis: Cynthia

Related posts

Hapus Sekat Kesukuan, ULM Bagian NKRI dan Bangun Prestasi

Pulang Haul, Hati Tenang, Perut Kenyang

Pilih Ketum Baru dan Rumuskan Program Kerja di Musda XVI HIPMI Kalsel