Banjarmasin, BARITO – Puluhan peserta yang ikut dalam Literasi Media Generasi Milenial antusias dan sepakat melawan informasi Hoax, di Hotel Aria Barito Jumat (21/6/2019) pagi. Sosialisasi yang digelar Divisi Humas Polri di wilayah hukum Polda Kalimantan Selatan itu menghadirkan nara sumber dari Kabag Diseminasi Info Digital Biro Multimedia Divisi Humas Mabes Polri, Kombes Pol Heri Yulianto.
Pembicara kedua dari Literasi Digital Kominfo, Aris Kurniawan dan Dr Fahrianoor dari Dosen Fisip Unlam. Puluhan peserta dari berbagai lapisan wartawan media online, pengguna medsos maupun generasi millenial pelajar dan mahasiswa yang mengikuti acara hingga selesai setuju berita Hoax harus dilawan oleh seluruh lapisan masyarakat Kalsel.
Kabag Diseminasi Info Digital Biro Multimedia Divisi Humas Mabes Polri,Kombes Pol Heru Yulianto mengatakan, cara mengatasi hoax yakni dengan mencermati, cek cari dan cepat. Karena Media sosial adalah ruang publik yang infonya harus dapat dipertanggung jawabkan. Karena hukuman dalam Pasal 46 UU Informasi Transaksi Elektronik (ITE) No 11 tahun 2018 ancaman
maksimal 6 tahun penjara dan denda Rp 600 juta. Untuk akses Ilegal pada point dua sesuai maksud Pasal 30 ancamannya maksimal hukuman 7 tahun denda 700 Juta.”Jadi hoax itu disebarkan oleh orang pintar yang jahat dan juga orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Karena itu sebaiknya selalu cek and ricek serta konfirmasi kepada pihak bersangkutan,”ingatnya.
Haris Kurniawan dari Kominfo menambahkan, lebih dari 360 juta penduduk Indonesia online rata-rata 1 juta perbulan setiap hari 57% populasi dunia akses Internet rata-rata 6 jam setiap hari. Sementara dunia menghabiskan dana lebih dari Rp 1,2 Miliar.
Paling banyak diakses setiap hari adalah Wikipedia, Facebook dan Google.”Jadi sekarang setiap orang berubah dari pasif menjadi aktif dan makin bebas dalam berpendapat,”ujarnya.
Akibat inovasi digital itu kini mengurangi kesenjangan sosial dengan memberikan kesetaraan akses inklusi keuangan dan dukungan infrastruktur serta logistik contohnya gojek online.
Dia menambahkan, jenis
Hoax itu ada dua yakni mis
informasi dan disinformasi. Misinformasi adalah info yang salah namun tidak ada kepentingan. Sedangkan Disinformasi merupakan informasi yang berbahaya yang mengajak perpecahan atau perbuatan anarkis.
“Kenapa kita gampang percaya hoax, karena orang itu terbatas pengetahuannya dan tidak searching di Google. Nah bila hoax itu bahaya maka terjadi pembunuhan karakter seseorang atau menjatuhkan. Kemudian keresahan dan kepanikan publik serta polarisasi atau kecurigaan dan perpecahan,”ingat Haris Kurniawan.
Sementara itu Dosen Fisip Unlam Dr Fahrianoor juga mengungkapkan,
Indonesia mengalami lompatan datang dengan media internet lebih banyak menerima mengkonsumsi informasi daripada produksi. “Kita seperti kesepian di dalam kebersamaan,”ujarnya menyinggung media medsos melalui pobsel android itu.
Dia membeberkan, penduduk Indonesia pada tahun 2015 berjumlah 270 juta dan masyarakat komunitas yang berjumlah 93,4 juta. Pada tahun sebelumnya hanya 2,7 juta dan meningkat 83,6 juta Pada tahun 2014. Kini pengguna online meningkat 20% per tahun, berdasarkan catatan April 2015 reaksi sampai 1,93 juta pengguna internet di Indonesia dan diperkirakan tahun 2018 dari 300 juta orang setengah penduduknya pengguna internet atau 150 juta media sosial merupakan media popularitas sosial.
Kini Hoax merupakan permasalahan baru, karena hampir 800.000 situs terindikasi hoax. Hingga menimbulkan fitnah dan perpecahan dapat menimpa siapa saja pengguna media sosial menjadi sarana untuk mencari keuntungan ekonomi dan politik.
Kabid Humas Polda Kalsel Kombes Pol Muhammad Rifai menambahkan, untum
Wilayah Kalimantan Selatan pihaknya di pertama melaksanakan internal media pada Humas Polri jajaranny.
“Selanjutnya hari ini di samping teman-teman wartawan media online juga ada pelajar mahasiswa termasuk akademisi. Harapan kita dengan situasi yang pasca Pemilu atau sebelum Pemilu kan banyak sekali berita-berita Hox terbaru konten negatif dapat ditekan seminim mungkin,”sebutnya.
Dengan memberikan pembelajaran bagi media maupun generasi yang milenial pelajar dan mahasiswa semakin cerdas bijak untuk bermedia sosial untuk menghindari hoax. Sosialisasi melawan hoax ini positif dan ia mengapresiasi karena jumlah undangan mencapai 90% dan antusias cukup tinggi.
“Namun untuk dampak positif atau dampak negatifnya ini masih belum begitu kelihatan seperti yang ada di Jawa,”pungkas Kombes M Rifai kepada wartawan. Penulis:Arsuma Editor : Mercurius