SUASANA kamp pengungsian Hunian Sementara (Huntara) di Kelurahan Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (20/10). Sebanyak 300 tenda Huntara sumbangan Pemerintah Turki telah dipasang relawan PMI beserta tim terpadu untuk segera dihuni pengungsi selama masa pemulihan pascagempa tsunami disertai likuifaksi pada 28 September 2018. (foto ant/brt)
Surabaya,BARITO – Tim gabungan tanggap darurat bencana di Sulawesi Tengah kembali menemukan korban meninggal dunia di antara reruntuhan dan puing bangunan. Demikian ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho
“Hingga Minggu pukul 13.00 WIB, jumlah korban meninggal yang ditemukan tercatat 2.256 orang. Seluruhnya sudah dimakamkan,” kata Sutopo di Surabaya, Ahad (21/10).
Proses pencarian dan evakuasi korban meninggal dunia telah dihentikan pada Kamis (12/10), sesuai dengan prosedur standar operasional Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas). Namun, tim gabungan tanggap darurat bencana yang melakukan pembersihan reruntuhan bangunan dan puing-puing masih menemukan korban meninggal dunia.
Sutopo mengatakan korban meninggal dunia terbanyak ditemukan di Kota Palu (1.703 orang), kemudian Kabupaten Donggala (171 orang), Kabupaten Sigi (366 orang), Kabupaten Parigi Moutong (15 orang) dan Pasangkayu, Sulawesi Barat (satu orang).
“Sementara itu, 1.309 orang dilaporkan hilang dan 4.612 orang luka-luka serta 223.751 orang mengungsi yang tersebar di 122 titik pengungsian,” jelasnya.
Pembersihan puing-puing bangunan terus dilakukan petugas gabungan bersama relawan. Sebanyak 14.604 petugas gabungan dari TNI/Polri, sipil dan relawan dikerahkan untuk penanganan darurat. Selain itu, 251 unit alat berat, terdiri atas 64 unit dari TNI dan 187 unit dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dikerahkan untuk pembersihan lingkungan dan lainnya.
Sutopo juga menyebutkan, berdasarkan kajian yang dilakukan BNPB hingga Sabtu, 20 Oktober 2018 kerugian dan kerusakan akibat bencana di Sulawesi TEngah ditaksir mencapai Rp 13,82 triliun rupiah.
“Hasil perhitungan sementara terhadap kerugian dan kerusakan akibat bencana mencapai lebih dari Rp 13,82 triliun. Diperkirakan dampak kerugian dan kerusakan akibat bencana ini akan bertambah, mengingat data yang digunakan adalah data sementara,” kata Sutopo.
Sebelumnya gempa berkekuatan magnitudo 7,4 menggoyang Donggala, di Sulawesi Tengah, pada Jumat, 28 September 2018 sekitar pukul 17.02 WIB. Gempa ini kemudian menyebabkan tsunami di sekitar kota Palu, Sulawesi Tengah. Tak hanya itu, gempa juga mengakibatkan munculnya fenomena likuifaksi yang melanda 4 daerah di Sulawesi Tengah yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi dan Parigi Moutong.
Sutopo menjelaskan dari total Rp 13,82 triliun tersebut, jika dirinci kerugian mencapai Rp 1,99 triliun dan kerusakan mencapai Rp 11,83 triliun. Dampak kerugian dan kerusakan akibat bencana ini meliputi 5 sektor pembangunan yaitu kerugian dan kerusakan di sektor permukiman mencapai Rp 7,95 triliun, sektor infrastruktur Rp 701,8 miliar, sektor ekonomi produktif Rp 1,66 triliun, sektor sosial Rp 3,13 triliun, dan lintas sektor mencapai Rp 378 miliar.
“Sedangkan bangunan dan infrastruktur yang hancur dan rusak meliputi 68.451 unit rumah, 327 unit rumah ibadah, 265 unit sekolah, perkantoran 78 unit, toko 362 unit, jalan 168 titik retak dan jembatan 7 unit,” kata dia.
Sutopo melanjutkan, hasil kajian BNPB juga menemukan bahwa kerusakan paling dalam dan besar terjadi di sektor permukiman karena luas dan masifnya dampak bencana. Hampir sepanjang pantai di Teluk Palu bangunan rata tanah dan rusak berat akibat terjangan tsunami dan juga amblesan dan pengangkatan permukiman di Balaroa. Akibat likuifaksi, daerah pemukiman di Petobo, Jono Oge dan Sibalaya telah menyebabkan ribuan rumah hilang.
Sedangkan jika dikelompokkan berdasarkan wilayah, maka kerugian dan kerusakan terbesar berada di Kota Palu mencapai Rp 7,63 triliun lalu diikuti Kabupaten Sigi Rp 4,29 triliun, Donggala Rp 1,61 trilyun dan Parigi Moutong mencapai Rp 393 miliar. BNPB memperkirakan untuk membangun kembali daerah terdampak bencana nantinya pada saat periode rehabilitasi dan rekonstruksi akan memerlukan anggaran lebih dari Rp 10 triliun. tem/kom