Pelaihari,BARITO-Masyarakat di Desa Martadah Baru di Kecamatan Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut Kalsel, umumnya hanya berternak sebagai usaha tambahan selain bertani.
Kelompok Peternak Sapi “Rukun Tani” saat ini mengelola sapi sebanyak 100 ekor yang terdiri dari sapi jenis Limousin, Brahman, PO, dan Sapi Bali. Anggota kelompok terdiri dari 30 kepala keluarga (KK), masing-masing memiliki 3 sampai 4 ekor sapi dikandang belakang rumahnya. Tercatat, tahun 2020 lalu warga Desa Martadah Baru mendapat bantuan sapi PO dari Dinas Peternakan Kabupaten Tanah Laut.
Selama ini para peternak sapi mencari pakan sapi dengan cara mencari rumput menggunakan sabit setiap hari. Belakangan ini rumput mulai sulit diperoleh. Hal ini disebabkan sudah semakin menyempitnya lahan kosong, sementara populasi sapi yang diternak terus bertambah. Jumlah seluruh sapi pun mencapai lebih dari 500 ekor. Saat musim kemarau para peternak akan semakin kebingungan mencarikan pakan sapi. Karena semua rumput kekeringan dan mati. Banyak peternak akhirnya harus rela mencari rumput di desa tetangga yang jaraknya lebih dari 20 km.
Kesulitan yang bakal dialami peternak sapi ini pun menjadi atensi pihak Polteknik Negeri Tanah Laut (Politala). Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Politala yang terdiri dari Anton Kuswoyo, S.Si., M.T., Nuryati, S.T., M.Eng, dan Herpendi, M.Kom tergerak hati. Mereka memberikan pelatihan untuk membuat pakan sapi dari Pelepah Sawit, membuat pupuk organic dari kotoran sapi, dan manajemen ternak sapi. Kegiatan ini mendapat pendanaan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek). Kegiatan juga diperkuat dengan melibatkan beberapa mahasiswa dari Prodi Agroindustri dan Prodi Teknologi Informasi Senin, (16/8/21).
Kotoran sapi yang banyak terdapat dikandang juga belum dimanfaatkan dengan baik. Hal ini karena para peternak sapi belum memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah kotorasn sapi menjadi pupuk organik yang bernilai ekonomis tinggi. Kotoran sapi hanya dibiarkan begitu saja, hanya sesekali dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk kandang, tanpa diolah terlebih dahulu.
PKM menawarkan solusi berupa penerapan Automatic Integrator Machine untuk mewujudkan integrasi Sapid an Sawit. Penerapan ini merupakan bentuk simbiosis mutualisme antara petarnakan sapi dan perkebunan sawit. Integrasi sapi-sawit sangat perlu dilakukan untuk mengoptimalkan hasil panen sawit, kualitas sapi, kemudahan pemenuhan pakan sapi, meningkatkan penghasilan, dan menjaga kualitas lingkungan.
Dengan integrasi ini, kebutuhan pakan sapi pun menjadi lebih mudah dipenuhi, tidak perlu mencari rumput setiap hari dan kotorannya pun dapat diolah menjadi pupuk organik yang dapat meningkatkan penghasilan peternak sapi. Selain itu adanya pupuk organik dari kotoran sapu juga dapat menghemat biaya yang dikeluarkan petani untuk pemupukan. Sehingga terjadi hubungan simbiosis mutualisme antara peternak sapi dan pekebun sawit pada desa tersebut.
Anton Koswoyo S.Si., M.T salah seorang dari Tim PKM menuturkan, Automatic Integrator Machine merupakan mesin pembuat pakan sapi sekaligus pembuat pupuk organik yang dikembangkan dan disempurnakan oleh ketua tim. Sebelumnya ketua tim telah berhasil membuat mesin i-GITA (mesin pembuat pakan kambing fermentasi) pada tahun 2017 lalu yang mendapat pendanaan dari Program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. I-GITA.
“Dikembangkan menjadi Automatic Integrator Machine agar dapat mengolah limbah sawit menjadi pakan sapi dan mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik. Sehingga terwujud integrasi sapi-sawit yang saling menguntungkan. Keunggulan alat ini adalah portabel, praktis, ekononis, dan mampu mengolah pakan fermentasi dengan kualitas baik,” kata Anton.
Marjuki, Ketua kelompok peternak sapi “Rukun Tani” menuturkan, selama ini anggotanya belum pernah mencoba membuat pakan dari limbah pertanian maupun perkebunan. Hal ini karena mereka belum tahu cara membuat pakan sapi fermentasi maupun silase. Semuanya masih mengandalkan pakan dari rumput hijau yang tumbuh secara liar di lahan kosong maupun dipinggir jalan desa. Mencari rumput (ngarit) setiap hari juga kendala tersendiri terutama jika cuaca hujan deras disertai angin kencang. Sedangkan persediaan pakan sapi harus selalu ada setiap hari apapun kondisinya, ucapnya.
Ia menambahkan, ada pelatihan tentang pakan alternatif yang dapat dibuat sendiri dan disimpan sebagai stok. Namun hingga kini belum ada pelatihan yang diadakan untuk kelompok peternak sapi. Kami senang karena kelompok peternak sapi dipilih untuk menerapkan program tersebut. Kami merasa sangat terbantu. Kami jadi bisa membuat pakan sapi dari pelepah sawit, membuat pupuk organik, dan mengerti tentang manajemen usaha peternakan sapi, ujarnya.
Hal senada diutarakan Kepala Desa Martadah Baru, Slamet Prayitno, S.Pd. Kedepan dirinya ingin terus mendapat bimbingan dari Tim PKM Politala untuk memajukan kelompok tani di desanya.
“Semoga tidak hanya berhenti sampai disini, Tim PKM Politala dapat terus mendampingi warga agar menjadi petani dan peternak yang maju,”kata Slamet.
Penulis: Basuki