Yogyakarta, BARITOPOST.CO.ID – Seperti dilansir situs uad.ac.id, Kepala Pusat Riset CIRNOV Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Prof Hariyadi, menyebutkan, pembuatan rudal sudah dimulai sejak 2016 dan uji tembak dilakukan tiap tahunnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan menyempurnakan teknologi strategis bangsa yang dibuat.
Selama ini rudal buatan CIRNOV sering diuji tembakkan sehingga potensi untuk dapat digunakan TNI cukup besar.
Jenderal Dudung Abdurrahman Komisaris PT Pindad berencana melanjutkan MoU yang pernah dibuat bersama UAD/CIRNOV agar program rudal berjalan lebih prospektif.
Menurut guru besar kampus milik muhammadiyah ini, produk rudal sasaran udara yang sudah dibuat dapat disempurnakan paling tidak dapat dipergunakan untuk senjata latih TNI AD.
Rudal sasaran udara yang dibuat tim CIRNOV tersebut merupakan jenis panggul/MANPADS (Man-Portable-Air-Defense-Systems) yang menggunakan teknologi fire and forget yaitu rudal setelah ditembakkan ke area target, maka rudal akan mencari sendiri sasaran tanpa dipandu dari bawah karena dilengkapi dengan sensor inframerah.
Teknologi ini sudah cukup standar diterapkan untuk rudal antipesawat terbang. Tim CIRNOV sudah cukup menguasai dalam pembuatan teknologi tersebut.
Jangkauan rudal dapat bervariasi tergantung banyak sedikitnya dan desain bahan bakar roket pendorong yang dibuat PT Dahana. Untuk standar senjata anti pesawat terbang, jangkauan dari 3.000 m hingga 6.000 m.
BACA JUGA: Rasakan Sensasi Touring di Kalimantan, Pajero Indonesia Siap Gelar Tour Borneo Akhir Tahun 2023
Kehadiran senjata rudal sangat mendesak, sebagaimana fakta perang modern yang sekarang sedang terjadi antara Rusia dan Ukraina, mesin perang berupa rudal menjadi andalan utama digunakan untuk menghancurkan sasaran serta menangkalnya melalui unjuk kemampuan teknologi yang ada.
Rudal dibuat tim CIRNOV, selama ini memiliki kemampuan mengunci sasaran melalui komponen seeker yang bekerja pada spektrum sinar inframerah telah mampu diteruskan ke sistem kendali berupa gerakan canard (sirip depan) rudal sehingga rudal akan menuju area sasaran yang dikunci tersebut sampai menghantamnya.
Pengendalian rudal sangat rumit mengingat rudal selama terbang dengan kecepatan tinggi (dapat melebihi kecepatan suara) melakukan gerakan serempak untuk gerakan berputar (rolling), mengangguk (pitching), dan menggeleng (yawing).
Teknologi yang rumit ini menjadikan teknologi rudal cukup eksklusif dan protektif dalam pembuatannya yang memerlukan keahlian tingkat tinggi.
BACA JUGA: Barang Konveksi Relatif Tinggi Dikirim ke Banjarmasin
Selama ini, tim CIRNOV sudah menembakkan roket/rudal lebih dari 50 unit untuk kepentingan uji dinamis termasuk rudal sasaran darat.
Uji-uji akan terus dilakukan mengingat variabel yang harus dikuasai cukup banyak. Maka tak heran anggaran riset yang seharusnya dikeluarkan relatif besar, tetapi untuk kasus anggaran yang diperoleh tim CIRNOV selama ini sangat minimalis.
Untuk itu perhatian dari pemerintah atau perusahaan swasta sangat diharapkan terlebih hasil yang sudah dicapai selama beberapa tahun ini cukup signifikan untuk menjadikannya produk industri alutsista nasional.
Ke depannya, diperlukan kerja-kerja yang lebih presisi untuk menjadikannya rudal ini dapat dipergunakan sebagai alutsista TNI.
BACA JUGA: Bisnis Pakaian Bekas Bermerek di Banjarmasin Masih Menjanjikan
“Kerja sama lebih intensif berbagai pihak antara CIRNOV dengan BUMN Strategis seperti PT Pindad, PT Dahana, dan institusi TNI/Kemenhan. Sebab produk alutsista harus dikerjakan di bawah peraturan dan pengawasan yang sudah diundang-undangkan,” imbuh Prof. Hariyadi.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman saat melakukan kunjungan ke laboratorium atau Pusat Riset CIRNOV Universitas Ahmad Dahlan (UAD), didampingi Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, dan Rektor UAD Dr Muchlas. (*)
Follow Barito Post klik Google News