Banjarmasin, BARITO – Mantan komisioner KPU Kalsel Dr Muhammad Med mengungkapkan, profesi jurnalis sangat mulia, dan kebebasannya terbatas.
“Kebebasan secara internal sangat terbatas, meski profesi jusnalis sangat mulia,” ujar aktivis dan mantan jurnalis ini dalam diskusi bertajuk ‘Peran Jurnalis Mencetak Anggota Dewan Yang Berkualitas’ di rumah demokrasi Jalan Pangeran Hidayatullah Banjarmasin, Kamis (21/2).
Caleg DPR RI ini pun mengaku tertarik dalam dunia jurnalistik sejak akan melanjutkan S-1 dan S-2, apalagi pengetahuan wartawan sangat luas. ‘Wartawan bisa bertemu orang kapan pun, mulai orang besar maupun orang kecil,’ tandasnya.
Meski demikian, ia mempertanyakan, kenapa wartawan tidak melirik dunia usaha, padahal memiliki jaringan luas. ‘Kalau melirik dunia usaha, tentu wartawan memiliki kemerdekaan termasuk merdeka secara ekonomi.
“Jadilah wartawan yang mandiri, termasuk merdeka secara ekonomi,” tambah dosen UIN Antasari ini.
Wartawan, sambung Muhammad, sangat berperan dalam memberikan referensi kepada masyarakat, khususnya mereka yang menjadi calon legislative. “Ya, kalau urusan rakyat, tanyakan kepada wakil rakyat. Dan mereka harus memberikan bantuan kepada rakyatnya,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua PWI Kalsel Zainal Helmi mengatakan, wartawan harus memihak dengan kebenaran termasuk memilih calon wakil rakyat. “Kalau calegnya bagus dan berkualitas kenapa tidak didukung? Jika tidak ada dukungan maka calon wakil rakyat yang kita tidak tahu rekam jejaknya yang akan naik. Jadi secara personal memang wartawan harus memihak,” bebernya.
Helmi menegaskan, tugas partai politik (parpol) memilik caleg yang baik dan berkualitas, sementara jurnalis hanya memberikan referensi sesuai yang dibutuhkan. “Ya, caleg berkualitas dengan agenda pencitraan, memang tentatif posisinya,namun bisa dibuat agar masyarakat tertarik,’ ucap jurnalis senior ini.
Ia mencontohkan, Jokowi yang mengumpulkan wartawan saat menjadi gubernur. “Tidak ada ide berlian dari beliau, namun itulah yang disukai masyarakat seperti datang keundangan perkawinan, dan lainnya yang merakyat,” katanya.
Seba itu, Helmi tidak bisa memberikan saran yang harus disikapi wartawan.
“Saya tidak bisa memberikan saran apa yang harus disikapi wartawan, namun caleg penting pencitraan melalui wartawan. Lalu pilihlah caleg yang memang berkualitas,” bebernya.
Aktivis LSM Sukhrowardi mengungkapkan, ketika banyak yang tidak percaya, maka rumah demokrasi penting “membangun demokrasi bermartabat” menjadi sebuah solusi melalui diskusi dan pemikiran.
“Ya, peran wartawan lah yang mampu menggiring masyarakat untuk memilih wakil rakyat yang baik dan berkualitas, serta tidak melakukan politik uang,” kata pria yang juga Caleg DPRD Kota Banjarmasin ini.
Termasuk, kata Sukhrowardi, menjabarkan visi misi dan program caleg kepada masyarakat, tentu sangat membutuhkan wartawan. “Kalau kita melakukan pertemuan, tentu membutuhkan cost begitu besar, kalau melalui wartawan akan lebih murah dan mudah,” katanya.
Pemilu ke depan, lelaki enerjik ini memprediksi, tidak ada lagi baliho, stiker caleg dan lainnya, namun condong cukup melalui pertemuan yang dipublikasikan wartawan.
Humas Pemprov Kalsel Bambang Dedi mengungkapkan, wartawan pekerjaan mulia, dan banyak wartawan serta media yang berpihak untuk pembangunan.
Namun, ia menyadari, memang banyak wartawan yang kurang melakukan investigasi di lapangan, sehingga ada kecenderungan hanya menjadi corong pemerintah.
“Saya rasa tatanan negara akan kondusif atas jasa wartawan, bahkan menjadi hasil karya yang luar biasa. Bahkan media menjadi pilar keempat dalam demokrasi,” tutur mantan wartawan Banjarmasin Post Group ini.
Karena itu, ia tidak sepakat, jika media hanya menjadi corong pemerintahan dan condong membela pemerintah, sehingga terabaikan kepentingan masyarakat. “Wartawan dapat menempatkan posisi dan profesionalisme untuk semua kepentingan,” imbuhnya. afd