Wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza

Dua Wilayah Palestina Yang Terpisah dengan Israel

by adm barito post
0 comments 3 minutes read
Kota Al-Quds (Baitul Maqdis) yang dunia hari ini menyebutnya dengan sebutan Yerusalem (Palestina) (foto:istimewa)

Palestina, BARITOPOST.CO.ID – Pertempuran Hamas Palestina melawan Israel terus memanas sejak 7 Oktober 2023 lalu hingga membuat Tel Aviv terus menggempur Jalur Gaza.

Pada Selasa (17/10/2023), Rumah Sakit Baptis Al Ahli di selatan Gaza diserang roket hingga menewaskan lebih dari 500 orang dan melukai ratusan orang lainnya.

Hingga kini, belum diketahui siapa pelaku serangan ke RS Al Alhi lantaran Hamas dan Israel saling menuding satu sama lain.

BACA JUGA: Sosialisasi Security Awareness Libatkan Masyarakat

Di tengah peperangan di Gaza, Israel juga mulai melancarkan operasi dan serangan ke Tepi Barat Palestina Apa perbedaan Jalur Gaza dan Tepi Barat Palestina? Seperti dilansir CNNIndonesia.com, jalur Gaza dan Tepi Barat merupakan dua wilayah Palestina yang kini terpisah oleh wilayah Israel.

Setidaknya 5 juta penduduk tinggal di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Antara Jalur Gaza dan Tepi Barat memiliki perbandingan luas wilayah yang cukup jauh.

Luas Jalur Gaza adalah 140 mil persegi atau 362 kilometer persegi, sedangkan Tepi Barat seluas 2.173 mil persegi atau 5.628 kilometer persegi.

BACA JUGA: Potensi Ekonomi Digital Cukup Besar di Kalsel

Jalur Gaza terletak di sudut barat daya pantai Laut Mediterania dan berbatasan dengan Mesir di selatannya. Sedang, Tepi Barat terletak di timur laut yang berbatasan dengan Yordania dan sebagian besar Laut Mati.

Palestina merupakan negara yang utuh dalam satu wilayah sebelum ada klaim pembentukan negara Israel. Setelah Perang Dunia I, Liga Bangsa-Bangsa (kini Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB) memberi Inggris mandat untuk mengatur dan memerintah Palestina pada 1922.

Selama mandat Inggris itu berlangsung, gelombang eksodus imigran Yahudi terus berdatangan dari Eropa ke Palestina dan menetap di sana. Saat itu, Perang Dunia II sedang pecah dan kekerasan terhadap komunitas Yahudi terus meluas di Eropa.

BACA JUGA: Terserap Rp3 Miliar Melalui Ekspedisi Rupiah Berdaulat

Sejak itu, ketegangan antara warga Arab Palestina dan Yahudi terus berlangsung. Pada 1947, PBB memutuskan membagi wilayah Palestina menjadi enam bagian yakni tiga wilayah Yahudi (Israel) dan tiga wilayah Arab (Palestina).

Sementara itu, satu wilayah yakni Yerusalem serta Bethlehem sepenuhnya berada dalam kontrol komunitas internasional.

Menurut Analis Politik Timur Tengah Abdul Sattar Kassem kepada Al Jazeera, PBB saat itu menetapkan wilayah Acre (di dekat perbatasan Lebanon), Beersheba, dan Nazareth sebagai bagian dari Palestina.

BACA JUGA: Turun Langsung, UPZ Bank Kalsel Serahkan Bantuan Terdampak Kebakaran di Kampung Melayu

Namun, pada praktiknya, pembagian wilayah itu hingga tidak sesuai dengan rencana awal PBB hingga hari ini. “Peta lama itu (PBB) berbeda dengan yang sekarang kita lihat. Israel menduduki 78 persen wilayah daripada yang semestinya hanya 53 persen wilayah (Palestina),” kata Kassem.

Meski PBB telah menetapkan pembagian, pendudukan milisi Zionis terus meluas lantaran perlawanan pasukan Arab Palestina saat itu lemah. Hingga akhirnya, wilayah Palestina terus tergerus dengan pendudukan Yahudi hingga pada Mei 1948, setelah Inggris membubarkan mandatnya dari wilayah tersebut, para pemimpin Zionis mendeklarasikan negara Israel di tanah Palestina secara sepihak.

Deklarasi sepihak ini memicu Perang Arab-Israel pertama yang melibatkan Mesir, Irak, Suriah, Yordania, melawan Israel.

BACA JUGA: OJK-BRI Dukung Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas

Dalam perang itu, Yordania menduduki dan mencaplok wilayah Yerusalem timur dan sekitarnya yang kini menjadi bagian dari Tepi Barat Palestina. Sementara itu, Mesir menduduki wilayah di tepi pantai di utara Semenanjung Sinai yang mencakup Jalur Gaza.

Akibat perang Arab-Israel ini, jutaan warga Palestina pun mengungsi ke wilayah pendudukan Yordania dan Mesir ini yang hingga kini menjadi wilayah Palestina yang dikenal dengan Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Namun, pada 1967 Israel menduduki Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Semenanjung Sinai (Mesir) Perang Enam Hari.

BACA JUGA: Siswa Dilatih Menabung Sejak Dini, Bank Kalsel Gandeng Sekolah Alam Al-Tamar

Meski Israel secara bertahap mengembalikan Semenanjung Sinai ke Mesir pada 1979 sebagai negosiasi perdamaian, Israel tetap menduduki Jalur Gaza dan Tepi Barat. Israel secara resmi mencaplok Yerusalem Timur pada 1980, namun menunda aneksasi Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Meski begitu, Israel terus melakukan perluasan pendudukan secara ilegal di Tepi Barat dan Jalur Gaza hingga kini menyisakan wilayah Palestina yang semakin sempit. (*)

Follow Google News Barito Post dan Ikuti Beritanya

Baca Artikel Lainnya

Leave a Comment